Jakarta – Pembiayaan rumah pada 2024 menghadapi tantangan dengan tingginya suku bunga pinjaman yang mempengaruhi akses masyarakat terhadap Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Terlebih lagi, kuota Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) untuk tahun ini turun signifikan menjadi hanya 166.000 unit rumah subsidi dari 229.000 unit rumah subsidi pada 2023.
Meskipun demikian, Consumer Financing Business Division Head Bank Mega Syariah, Raksa Jatnika Budi, tetap optimistis bahwa pembiayaan rumah dapat tumbuh positif hingga akhir tahun.
Menurut dia, prospek pembiayaan rumah masih besar, didorong oleh minat investasi masyarakat dan tingginya backlog perumahan dibandingkan dengan jumlah kepala keluarga di Indonesia.
Target pertumbuhan pembiayaan rumah hingga Desember 2024 adalah lebih dari 15-20 persen secara tahunan. Strategi yang digunakan untuk mencapai target tersebut meliputi pemilihan segmen nasabah yang tepat, percepatan proses layanan, penawaran harga spesial, dan program-program menarik lainnya, ujar Raksa, Kamis (8/8/2024).
Sebagai gambaran, ia menyebut outstanding pembiayaan rumah Bank Mega Syariah tumbuh 8,16 persen (hingga Juli 2024) dibandingkan 2023. Selama tiga tahun terakhir (2021-2023), pembiayaan rumah tumbuh rata-rata 25 persen secara tahunan (yoy).
Seperti diketahui, Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga acuan sebesar 6,25 persen pada Juli 2024. Sejumlah pihak menilai kebijakan itu tidak akan berdampak terhadap suku bunga KPR.
Seperti dilontarkan ekonomi BCA, David Summual. Ia mencontohkan, BI sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 275 basis poin (bps) sejak Agustus 2022, tetapi suku bunga KPR nasional rata-rata turun sekitar 50 basis poin. “Tidak ada pengaruhnya sejauh ini,” ujar David saat dihubungi www.wmhg.org beberapa waktu lalu.