Jakarta – PT Perta Life Insurance (PertaLife Insurance) mencatat kinerja keuangan yang positif sepanjang tahun 2024, dengan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih dibandingkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2024.
Berdasarkan data keuangan unaudited per 31 Desember 2024, Perta Life Insurance berhasil membukukan premi bruto tertinggi sepanjang sejarah, mencapai Rp 1,25 triliun, melampaui target RKAP sebesar Rp 1,08 triliun.
Pertumbuhan premi bruto asuransi yang mencapai 15,16 persen dari RKAP 2024 ini merupakan hasil dari strategi bisnis yang berorientasi pada penguatan layanan kepada nasabah, diversifikasi produk, serta optimalisasi saluran distribusi.
Kepercayaan yang semakin meningkat dari para pemegang polis juga menjadi faktor utama dalam pencapaian ini, yang menunjukkan bahwa produk-produk PertaLife Insurance semakin relevan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Direktur Utama PertaLife Insurance, Hanindio W. Hadi menjelaskan, RKAP mencerminkan target strategis berdasarkan faktor internal dan eksternal yang telah dipertimbangkan.
Evaluasi berbasis RKAP memungkinkan perusahaan menilai efektivitas strategi, mengidentifikasi tantangan, serta memastikan pencapaian sesuai rencana.
Pendekatan ini memberikan transparansi lebih baik kepada pemangku kepentingan dan membantu perusahaan beradaptasi untuk pertumbuhan berkelanjutan, ujar Hanindio, di Bogor, Jumat (24/1/2025).
Selain pertumbuhan premi bruto, PertaLife Insurance juga mencatatkan peningkatan laba setelah pajak sebesar Rp82,85 miliar, tumbuh 8,85 persen dibandingkan target RKAP sebesar Rp76,11 miliar.
Pendapatan investasi turut menunjukkan pertumbuhan positif dengan capaian Rp142,69 miliar, meningkat 13,84 persen dari target RKAP 2024 sebesar Rp 125,34 miliar, kata Sigit Panilih, Direktur Keuangan dan Investasi PertaLife Insurance.
Dari sisi tingkat solvabilitas, PertaLife Insurance berhasil meningkatkan Risk Based Capital (RBC) menjadi 347,90 persen, jauh di atas ketentuan minimum yang disyaratkan regulator, yaitu 120 persen.
Hal ini mencerminkan kondisi keuangan yang sehat serta kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya, kata Sigit.