Jakarta Volume perdagangan yang rendah selama minggu terakhir 2024 diperkirakan akan menjaga harga emas tetap berada dalam kisaran sempit, menurut sejumlah analis pasar.
Dikutip dari Kitco, Senin (29/12/2024), dengan pasar keuangan tutup pada pertengahan pekan, tepatnya pada 1 Januari 2025, sebagian besar pelaku pasar lebih memilih merayakan Tahun Baru daripada memantau perkembangan di pasar keuangan.
BACA JUGA: Harga Emas Melonjak 28% sepanjang 2024, Ini Rekor Tertingginya
BACA JUGA: Harga Emas Melambung Setelah Libur Natal 2024, Apa Saja Sentimennya?
Baca Juga
-
Sepi Katalis, Harga Emas Turun Jelang Pergantian Tahun
-
Prospek Bisnis Emas Makin Berkilau di 2025, Ini Alasannya
-
Harga Emas Antam Hari Ini Turun Tipis, Mau Borong Sebelumnya Naik Lagi?
Prediksi Pergerakan Harga Emas
Kecuali ada kejutan besar, banyak analis memprediksi harga emas akan tetap berada dalam tarik-ulur antara meningkatnya imbal hasil obligasi dan permintaan safe haven akibat ketidakpastian geopolitik dan ekonomi yang terus meningkat.
Pada minggu kemarin, harga emas tertahan di level USD 2.650 per ons, meskipun pasar berhasil bertahan di tengah tekanan besar dari kenaikan imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun yang mencapai 4,64%, tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.
Harga emas berjangka terakhir tercatat di USD 2.618,30 per ons, turun 0,57% dalam sehari dan turun 0,18% sepanjang pekan ini.
Ketegangan Geopolitik Dorong Permintaan Safe Haven
James Hyerczyk, analis pasar di FX Empire, mencatat bahwa ketahanan emas pekan lalu didukung oleh meningkatnya ketegangan geopolitik.
“Investor terus memantau konflik di Eropa Timur dan Timur Tengah,” ungkapnya. Serangan Israel terhadap target Houthi di Yaman dan serangan drone Rusia di Ukraina telah memperkuat daya tarik emas sebagai aset safe haven.
Hyerczyk menambahkan bahwa komentar kontroversial Presiden terpilih Donald Trump di media sosial, termasuk niat untuk menganeksasi Kanada, Terusan Panama, dan Greenland, turut meningkatkan ketidakpastian geopolitik.