Jakarta Prospek investasi emas saat ini menunjukkan tren positif di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi dan geopolitik global. Emas kembali menjadi pilihan utama investor sebagai aset “safe haven” untuk melindungi nilai kekayaan mereka.
Menurut Pengamat Pasar Modal Desmond Wira , sentimen pasar saat ini masih didorong oleh permintaan tinggi terhadap aset safe haven seperti emas. “Dalam situasi resesi global, inflasi tinggi, atau ketegangan politik, permintaan emas cenderung meningkat. Ketidakpastian atas tarif perdagangan Amerika Serikat serta kebijakan suku bunga Federal Reserve (Fed) semakin memperkuat daya tarik emas di pasar,” ujar dia kepada Kamis (20/2/2025).
BACA JUGA: Harga Emas Antam Cetak Rekor Termahal Lagi, Cek Daftarnya di Sini
BACA JUGA: Harga Emas Stabil di Tengah Pembicaraan Damai AS-Rusia
BACA JUGA: Goldman Sachs Kerek Harga Emas pada 2025, Jadi Level Segini
Baca Juga
-
Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi, Sebentar Lagi Sentuh USD 3.000
-
Strategi Cerdas Investasi Emas di Tengah Gonjang Ganjing Ekonomi
-
Harga Emas Melonjak di Tengah Ketidakpastian Global, Kapan Waktunya Beli?
Risalah rapat terbaru The Fed menunjukkan bahwa para pejabatnya masih khawatir terhadap dampak tarif perdagangan terhadap inflasi. Hal ini berpotensi membuat pemotongan suku bunga ditunda, sehingga investor semakin mempertimbangkan emas sebagai aset lindung nilai.
Seiring dengan tren positif ini, beberapa saham emiten tambang emas yang patut dicermati di antaranya, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Medco Energi Tbk (MEDC), ulas Desmond.
Selain itu, ada PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT J Resources Asia Pasifik (PSAB). Serta PT Bumi Resources Minerals (BRMS) dan PT Archi Indonesia Tbk (ARCI). Dengan ketidakpastian global yang masih tinggi, para investor disarankan untuk terus memantau perkembangan pasar serta kebijakan moneter global guna menentukan strategi investasi yang tepat.
Senada, Analis Central Capital Wahyu Tri Laksono mengamini bahwa kenaikan harga emas memberikan sentimen positif bagi emiten yang bergerak di sektor tambang emas. Namun, tekanan dari tren Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap menjadi tantangan dalam jangka menengah, sehingga investor perlu berhati-hati dalam menyikapi pergerakan harga saham di tahun 2025.
Meskipun emiten emas bisa terpengaruh oleh kondisi pasar domestik, prospek jangka panjangnya tetap menarik. Sstrategi buy on weakness dengan mempertimbangkan fundamental dan valuasi saham masing-masing perusahaan, kata Wahyu kepada www.wmhg.org.