Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami pelemahan di awal pekan pada Senin, 28 Oktober 2024. Rupiah ditutup melemah 80,5 poin terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan Senin sore (28/10/2024), setelah sebelumnya sempat melemah 100 poin.
Nilai tukar rupiah ditutup di level 15.727 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 15.645,5 per dolar AS.
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang 15.710 – 15.810,” ungkap Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Senin (28/10/2024).
Ibrahim menjelaskan, para pedagang sebagian besar condong ke USD untuk mengantisipasi pemilihan presiden Amerika Serikat 2024 yang akan diselenggarakan dalam sepekan ke depan.
Arus masuk ke dolar AS juga didorong oleh ekspektasi meningkatnya ketidakpastian politik di Jepang, setelah koalisi yang dipimpin oleh Partai Demokrat Liberal yang berkuasa kehilangan mayoritas parlementernya dalam pemilihan akhir pekan,” kata Ibrahim.
Selain itu, kekhawatiran atas konflik yang lebih besar di Timur Tengah juga belum mereda setelah Israel tidak menyerang fasilitas minyak dan nuklir Iran dalam serangan selama akhir pekan.
“Kekhawatiran atas serangan Israel terhadap Iran – atas serangan awal Oktober – telah menjadi titik utama ketidakpastian bagi pasar, terutama karena kekhawatiran bahwa kerusakan apa pun pada infrastruktur minyak atau nuklir Iran akan menandai eskalasi yang mengerikan dalam konflik tersebut,” papar Ibrahim.
Meningkatnya ketidakpastian atas hasil pemilu di AS juga diharapkan akan memacu permintaan safe haven, terutama dengan jajak pendapat baru-baru ini yang menunjukkan persaingan ketat antara Donald Trump dan Kamala Harris.
“Namun, dolar tampaknya lebih diuntungkan dari ketidakpastian ini,” Ibrahim menyebutkan.
Adapun fokus di minggu ini adalah pada serangkaian pembacaan ekonomi utama untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk, diantaranya data produk domestik bruto AS dan zona euro yang akan dirilis dalam beberapa hari mendatang.
Kemudian ada juga rilis data indeks harga PCE, yang menjadi pengukur inflasi pilihan Federal Reserve di akhir pekan ini.