Jakarta – Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di awal perdagangan Jumat ini. Tekanan terhadap rupiah ini datang dari luar yaitu membaiknya data ekonomi AS.
Pada Jumat (16/8/2024), rupiah turun 48 poin atau 0,31 persen menjadi 15.748 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.700 per dolar AS.
Indeks dolar AS rebound menyusul data ekonomi yang kuat yang mendukung perkiraan sikap yang tidak terlalu dovish dari Bank Sentral AS atau The Fed, kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede dikutip dari Antara.
Penjualan ritel AS meningkat sebesar satu persen month on month (mom) pada Juli 2024, menyusul penurunan 0,2 persen mom yang direvisi turun pada Juni 2024, secara signifikan melampaui ekspektasi pasar sebesar 0,3 persen mom, yang menunjukkan ketahanan baru di antara konsumen AS.
Hal tersebut merupakan peningkatan terbesar sejak Januari 2023, dengan kenaikan paling signifikan terjadi pada penjualan di dealer kendaraan bermotor dan suku cadang.
Selain itu, Initial Jobless Claims secara tak terduga turun untuk pekan kedua berturut-turut pada pertengahan Agustus, meredakan kekhawatiran tentang melemahnya pasar tenaga kerja yang ditimbulkan oleh laporan pekerjaan terbaru.
Jumlah jobless claim AS menurun sebesar 7 ribu menjadi 227 ribu dalam pekan yang berakhir 10 Agustus 2024, menentang ekspektasi pasar potensi kenaikan menjadi 235 ribu. Hal itu menandai penurunan mingguan kedua berturut-turut setelah klaim mencapai puncaknya di hampir 250 ribu pada akhir Juli 2024, level yang tidak terlihat dalam hampir setahun.
Angka terbaru tersebut juga merupakan jumlah klaim baru terendah yang diajukan dalam lima minggu.
Hal ini mendorong investor untuk meningkatkan perkiraan mereka bahwa Fed akan memotong suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan mendatang pada September 2024, berbeda dari konsensus untuk pemotongan suku bunga sebesar 50 bps di awal pekan, ujarnya.