Jakarta – Chief Investment Officer DBS Hou Wey Fook memperkirakan bahwa 2025 akan menjadi tahun yang diwarnai oleh volatilitas. Pernyataan ini ia ungkap Pada awal kuartal pertama 2025. Saat ini, prediksi tersebut terbukti dengan terbitnya berbagai kebijakan oleh Presiden AS Donald Trump.
Kekhawatiran seputar kenaikan tarif yang meluas, ditambah dengan kebijakan imigrasi dan upaya Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) untuk memangkas jumlah pegawai federal telah mengurangi kepercayaan konsumen dan memicu kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi.
Sejak euforia pasar pasca kemenangan Trump dalam pemilu, aset-aset berisiko telah mengalami penyesuaian dengan S&P yang membalikkan kenaikannya sementara imbal hasil Treasury AS dan dolar AS (greenback) keduanya mengalami penurunan.
Di belahan dunia lain, fondasi hubungan AS-Eropa yang telah berlangsung lama mendapat goncangan hebat karena para pemimpin Eropa menyadari bahwa aliansi barat sekarang berada dalam krisis yang parah. Situasi ini memicu momen apa pun taruhannya di Jerman (dan secara luas, Eropa), di mana kebijakan fiskal konservatif yang telah mengakar kini mulai bergeser menuju stimulus besar-besaran.
Untuk mencerminkan memudarnya keistimewaan AS dan realitas geopolitik yang baru, DBS CIO melakukan dua perubahan portofolio utama pada kuartal ini:
- Menurunkan porsi saham AS menjadi underweight dalam periode ke depan 3 bulan dengan tetap mempertahankan overweight 12 bulan; mempertahankan keyakinan pada sektor teknologi dan layanan kesehatan AS; dan
- Meningkatkan porsi pada saham Eropa menjadi overweight 3 bulan dengan tetap mempertahankan underweight 12 bulan; mencari peluang pada industri Eropa (subsektor pertahanan), keuangan, layanan kesehatan dan teknologi.
Peralihan utama ini akan membantu untuk melakukan diversifikasi dari perdagangan yang ramai dan mengurangi risiko konsentrasi pada sektor teknologi AS dan saham Magnificent Seven (Apple, Microsoft, Amazon, Alphabet (perusahaan induk Google), Meta, Nvidia, and Tesla).
Untuk memperkuat ketahanan portofolio, investor disarankan untuk memperbanyak eksposur pada emas dan aset privat. Harga emas terus melonjak seiring dengan meningkatnya permintaan aset safe haven akibat ketidakpastian di bawah kepemimpinan Trump 2.0 dalam jangka pendek.
Sementara itu, kekhawatiran terhadap kondisi fiskal AS dan meningkatnya risiko de-dolarisasi di tengah dinamika geopolitik menjadi faktor pendorong dalam jangka menengah hingga panjang.
Dalam analisis sebelumnya, DBS CIO menyimpulkan bahwa portofolio 40/30/30 (40% ekuitas, 30% obligasi, 30% aset alternatif) mengalami penurunan nilai yang lebih ringan dibandingkan portofolio tradisional 60/40 selama periode tekanan finansial. Berdasarkan data dari Desember 2007 hingga September 2023, portofolio 40/30/30 mencatat volatilitas tahunan sebesar 9,3%, lebih rendah dibandingkan 11,4% pada portofolio 60/40.