Jakarta – Harga emas terus menunjukkan kekuatannya, diperdagangkan di atas USD 2.500 per ons. Kondisi ini didorong oleh kombinasi ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Meskipun demikian, analis Dupoin Indonesia, Andy Nugraha, mengingatkan bahwa meski tren bullish masih kuat, potensi koreksi harga emas tetap ada. Dari perspektif teknikal, Nugraha menjelaskan bahwa kombinasi indikator Moving Average saat ini mengindikasikan tren bullish yang kuat.
BACA JUGA: Harga Emas Terbaru di Pegadaian, Simak Rinciannya Selasa 27 Agustus 2024
BACA JUGA: Dolar AS Pulih, Harga Emas Diprediksi Diperdagangkan di Wilayah Negatif Hari Ini
BACA JUGA: Harga Emas Antam Tak Berubah Sejak Sabtu, Mau Borong Sebelum Melonjak?
Baca Juga
-
Harga Emas Dunia Makin Murah Imbas Penguatan Dolar AS
-
Harga Emas Antam Hari Ini 28 Agustus 2024, Anjlok Parah!
-
Harga Emas Merosot Usai Cetak Rekor Termahal
Dalam skenario terbaik, harga emas diperkirakan akan terus naik dan bisa mencapai USD 2.430 per ons dalam waktu dekat. Namun, Nugraha juga memberikan catatan penting bahwa apabila terjadi koreksi dan reversal, harga emas berpotensi turun hingga USD 2.490 per ons, jelas dia dalam keterangan tertulis, Rabu (28/8/2024).
Dari sudut pandang fundamental, proyeksi bullish ini didukung oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang kembali meningkat. Serangan rudal besar antara Israel dan Hizbullah pada Minggu lalu memanaskan situasi, yang membuat emas semakin menarik sebagai aset safe haven.
Dalam situasi ketidakpastian geopolitik seperti ini, emas biasanya menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan dari risiko pasar.
Selain itu, The Federal Reserve diperkirakan akan menurunkan suku bunga dalam beberapa minggu mendatang, yang menjadi faktor penting dalam mendukung harga emas.
Dalam beberapa pekan terakhir, Ketua The Fed, Jerome Powell, memberikan sinyal bahwa penyesuaian kebijakan moneter mungkin segera dilakukan, tergantung pada data ekonomi yang masuk. Pernyataan ini menyebabkan depresiasi USD dan penurunan imbal hasil obligasi, dua faktor yang juga mendukung kenaikan harga emas.