wmhg.org – Selama dua hari berturut-turut, yakni Rabu dan Kamis, 9-10 Oktober 2024, Fakultas Bisnis, President University (Presuniv), menyelenggarakan International Conference on Family Business and Entrepreneurship (ICFBE) dua kota di Filipina.
Dua kota tersebut adalah Kota Iloilo, yang juga menjadi Ibukota Provinsi Iloilo, dan Roxas City, Ibukota Provinsi Capiz. Iloilo berlokasi di belahan barat Filipina, berjarak 600-an kilometer dari Manila. Sementara, perjalanan darat dari Iloilo ke Roxas City yang menempuh jarak 100-an kilometer menghabiskan waktu sekira 2,5 jam.
ICFBE 2024 di Filipina adalah konferensi internasional ke-8 yang diselenggarakan secara berturut-turut oleh Fakultas Bisnis. Pada tahun sebelumnya, tahun 2024, ICFBE diselenggarakan di Kota Kuching, Sarawak, Malaysia.
Mengusung tema Empowering Creativity and Innovation: Youth and Technopreneurship, ICFBE 2024 diselenggarakan sekaligus untuk merayakan Tahun Berlian atau 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Filipina.
Sejumlah tokoh hadir dan menyumbangkan pengetahuan, ide dan gagasannya pada konferensi internasional tersebut. Mereka terdiri dari kalangan akademisi, praktisi bisnis dan pemerintahan. Di antaranya, utusan walikota dan gubernur di Filipina, serta perwakilan Kedutaan Besar Indonesia di Filipina.
Dekan Fakultas Bisnis yang juga Chairman ICFBE 2024 Dr. Iman Permana mengungkapkan bahwa ICFBE adalah platform yang dirancang untuk membuat akademisi, praktisi bisnis, dan pemerintah dapat saling berinteraksi untuk memajukan bisnis keluarga dan kewirausahaan.
“Di ajang ICFBE, mereka saling bertukar hasil riset terbaru atau praktik terbaik dari berbagai negara, mendiskusikan perubahan kebijakan, serta kondisi ekonomi yang sedang berkembang,” ungkap Iman.
Dr. Joselito F. Villaruz, President of West Visayas State University, perguruan tinggi di Kota Iloilo, Filipina, yang menjadi mitra Fakultas Bisnis, Presuniv, dalam penyelenggaraan ICFBE 2024, menilai konferensi internasional ini mampu menghasilkan pemikiran yang strategis, produktif dan terarah.
“Apalagi dengan hadirnya pembicara dari lebih 10 negara yang membagikan hasil risetnya, mengeksplorasi tren terbaru, serta bertukar pengetahuan dan peluang di berbagai belahan dunia. Itu semua membuat konferensi ini menjadi sangat produktif,” ucap Villaruz.
Di Indonesia, begitu juga di Filipina, perusahaan keluarga memainkan peran yang penting bagi perekonomian nasional. Perusahaan-perusahaan itu menciptakan banyak lapangan kerja dan meraih devisa.
Saat ini sekitar 95% perusahaan di Indonesia masih dikendalikan oleh keluarga atau family business. Bahkan, dari 900-an perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sekira 60% masih berupa perusahaan keluarga atau mayoritas sahamnya dimiliki oleh keluarga.
Kondisi tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaanperusahaan keluarga. Apalagi di saat persaingan bisnis semakin ketat, perubahan atau disrupsi menjadi semakin mudah dan cepat, terutama dipicu oleh perkembangan teknologi dan penerapan konsep-konsep manajemen modern.
Penegasan pentingnya perusahaan keluarga bagi suatu negara juga disampaikan oleh Jaime O. Magbanua, Wakil Gubernur Provinsi Capiz, yang menjadi salah satu pembicara pada ajang ICFBE tersebut.
“Penting untuk menggabungkan praktikpraktik terbaik dalam bisnis keluarga dengan kelihaian generasi muda dalam menggunakan teknologi. Dengan cara seperti itu, suatu negara akan mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Magbanua.
Magbanua juga menekankan bahwa inovasi dan kreativitas sangat penting untuk membuat setiap kota dan negara menjadi kompetitif di pasar global.
“Kaum muda akan memainkan peran penting dalam hal ini,” tegasnya.
Senada dengan Magbanua yang memandang pentingnya kaum muda, Rev. Fr. Freddie B. Billanes, Ph.L, STL-MA, SSL, Rector of Colegio de la Purisima Conception, menegaskan bahwa di antara kelompok kaum muda, ada mahasiswa.
“Merekalah yang akan menjadi profesional, pemilik usaha, atau akademisi. Untuk mewujudkannya, mereka harus bekerja keras,” ucap Billanes.
Colegio de la Purisima Conception juga perguruan tinggi di Roxas City, Filipina, yang menjadi mitra Fakultas Bisnis, Presuniv, dalam penyelenggaraan ICFBE 2024.
Mudzakir, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Manila, yang mewakili Duta Besar Indonesia untuk Filipina, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Agus Widjojo, MMAS, MPA, berharap ICFBE terus menjadi platform yang efektif untuk memajukan bisnis keluarga dan kewirausahaan.
Mudzakir juga menekankan pentingnya kolaborasi dan kemitraan bagi bisnis keluarga dalam menghadapi berbagai tantangan pada saat ini. Selain itu, Mudzakir juga menekankan pentingnya inovasi bagi bisnis keluarga.
“Komitmen bersama dalam mendorong inovasi dan kewirausahaan di kalangan generasi muda sangat penting bagi pembangunan yang berkelanjutan, baik di Indonesia maupun Filipina.” katanya.
International Chancellor Presuniv, Prof. Ki-chan Kim, dalam ajang ICFBE 2024 mengungkapkan pentingnya memiliki mimpi bagi siapa pun yang ingin berkarier. Menurut Prof. Kim, yang juga Chairman of International Council for Small Business (ICSB) dan Professor Management di Catholic University of Korea, Korea Selatan, kehidupan sebenarnya dimulai ketika kita memiliki impian.
“Kewirausahaan menginspirasi generasi muda untuk terus menciptakan peluang yang memberi mereka harapan. Melalui berbagai peluang yang mereka ciptakan, mereka dapat mewujudkan impiannya agar menjadi kenyataan,” ucap Prof. Kim.
Bermimpi itu sangat penting, kata Mark Anthony G. Ortiz, CEO Ancor Group of Companies, Filipina. “Meski begitu pengalaman juga tak dapat digantikan,” tegasnya. Jika seseorang ingin menjadi pengusaha, pengalaman sebagai karyawan sangatlah penting.
Berbekal pengalaman sebagai karyawan, seseorang dapat menggunakan pengalamannya untuk membuat sistem kerja yang lebih efisien dan meminimalisir trial and error. “The bigger the dream, the bigger the risk, the bigger the reward,” tegasnya kepada seluruh peserta ICFBE di Roxas City.
Jose Neri D. Ong, CEO dan President Pueblo Panay Inc. yang juga Dewan Pengawas Capiz Halaran Chamber of Commerce and Industry, mengatakan, “Kewirausahaan sebagai misi tidak hanya fokus pada uang.”
Menurutnya, kewirausahaan merupakan kemauan untuk melakukan sesuatu yang sulit dan memerlukan upaya.
“Ini tentu tidak mudah. Perlu perubahan dalam pola pikir seseorang,” ungkap Ong. Memandang penting hal tersebut, Ong mengajak seluruh masyarakat, termasuk peserta konferensi, untuk memiliki sikap wirausaha.