wmhg.org – JAKARTA. Nilai tukar rupiah diproyeksikan akan terus tertekan di tengah ketidakpastian global.
Research & Development Trijaya Pratama Futures, Alwi Assegaf menuturkan kuatnya dolar AS didorong kebijakan Trump yang pro-pertumbuhan.
Misalnya, dengan memangkas pajak besar-besaran, peningkatan tarif impor, hingga pemberantasan imigrasi dinilai pasar bisa mendorong inflasi naik, ujarnya kepada Kontan.co.id, pekan lalu.
Nah, dengan naiknya inflasi maka the Fed akan sulit untuk menurunkan suku bunga. Saat ini tercermin dari penurunan probabilitas pemangkasan suku bunga the Fed di 2025.
Oleh sebab itu, rupiah menjadi rentan dengan perkasanya dolar AS. Apalagi, kebijakan proteksionism Trump yang dikhawatirkan pelaku pasar yang bisa memicu perang dagang, terutama dengan China. Padahal China merupakan mitra dagang terbesar Indonesia.
Jika perang dagang mempengaruhi ekonomi China maka akan mempengaruhi Indonesia, yang akhirnya turut melemahkan rupiah, sebutnya.
Alwi juga mencermati, prospek rupiah memang masih lemah. Dia memperkirakan rupiah bisa ke Rp 16.484 di kuartal I 2025, yang menjadi area resistance terkuat. Bahkan, ia melihat area resistance rupiah di akhir 2025 di level Rp 17.000 per dolar AS.
Namun, Bank Indonesia akan terus melakukan intervensi untuk menahan pelemahan laju rupiah lebih jauh, sebutnya. Adapun proyeksi itu jika mengasumsikan kebijakan luar negeri Trump yang agresif, alias 'worst scenario'.