wmhg.org – JAKARTA. Rupiah menunjukkan tren positif dalam perdagangan pekan ini. Mata uang Indonesia ini kembali mengalami penguatan dan berada di posisi Rp 16.200 per dolar Amerika Serikat (AS).
Menurut data Bloomberg, pada Jumat (2/8), nilai tukar rupiah spot ditutup di Rp 16.200 per dolar AS. Ini menunjukkan penguatan sebesar 0,23% dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya yang ada di Rp 16.237 per dolar AS. Selama seminggu, rupiah spot menguat sebesar 0,61%.
Sejalan dengan pergerakan di pasar spot, nilai tukar rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) juga mengalami penguatan. Pada Jumat (2/8), nilai tukar Jisdor ditutup di Rp 16.234 per dolar AS, menguat 0,41% secara mingguan dan 0,055% secara harian.
Analis Pasar Mata Uang, Lukman Leong, menjelaskan bahwa penguatan rupiah didorong oleh data ekonomi AS yang kurang kuat. Rupiah juga disokong oleh pernyataan dovish dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang mengindikasikan kemungkinan pemangkasan suku bunga pada pertemuan FOMC bulan September mendatang.
“Namun, kekhawatiran terhadap kemerosotan ekonomi global dalam sepekan ini serta ketegangan di Timur Tengah membatasi potensi penguatan rupiah lebih lanjut,” ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (2/8).
Lukman juga memproyeksikan bahwa pergerakan rupiah pada perdagangan Senin (5/8) akan sangat bergantung pada data data tenaga kerja AS Non-Farm Payrolls (NFP). Dia melihat bahwa rupiah mungkin akan menguat jika data tersebut sesuai dengan perkiraan atau lebih rendah dari 175.000 penambahan pekerjaan.
“Akan tetapi, kekhawatiran tentang ekonomi global bisa membuat rupiah terbatas dalam penguatan dan mungkin malah melemah,” tambahnya.
Di sisi domestik, Lukman mengatakan bahwa investor sedang menunggu data pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk kuartal II-2024, yang diperkirakan akan tumbuh solid sebesar 3,71%. Namun, secara tahunan, ekonomi Indonesia diperkirakan hanya akan tumbuh 5%, sedikit lebih rendah dari sebelumnya yang 5,11%.
Lukman memperkirakan, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.150 per dolar AS hingga Rp 16.250 per dolar AS pada perdagangan Senin (5/8).
Sejalan dengan hal ini, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebutkan bahwa penguatan rupiah pada Jumat (2/8) didorong oleh ekspektasi investor terhadap kemungkinan sinyal pelemahan data tenaga kerja AS.
“Angka konsensus menunjukkan perkiraan penurunan pada data NFP, meskipun tingkat pengangguran diperkirakan cenderung stabil,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (2/8).
Menurutnya, jika data tenaga kerja AS menunjukkan pelemahan lebih lanjut, ini bisa meningkatkan kemungkinan Federal Reserve untuk memangkas suku bunga lebih dari satu kali tahun ini. Josua menjelaskan bahwa pekan ini, rupiah cenderung menguat terhadap dolar AS mengikuti sinyal dovish dari Federal Reserve.
Josua memprediksi bahwa pada pekan depan, pergerakan rupiah akan dipengaruhi oleh rilis data tenaga kerja AS yang diumumkan Jumat malam, serta data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada Senin (5/8).
“Dengan demikian, saya memproyeksikan rupiah berpotensi menguat pada pekan depan dan bergerak di kisaran Rp 16.100 per dolar AS hingga Rp 16.250 per dolar AS,” ujar Josua.