wmhg.org – Grasberg, yang terletak di Papua, dikenal sebagai salah satu tambang emas terbesar di dunia. Namun, di balik aktivitas pertambangan yang intens, terdapat upaya besar untuk menjaga dan memulihkan ekosistem sekitarnya.
Salah satu indikator keberhasilan pemulihan ekologi di kawasan Grasberg adalah keberadaan New Guinea Singing Dog.
Singing dog menjadi simbol bahwa lingkungan sekitar tambang PT Freeport Indonesia (PTFI) berada dalam kondisi yang baik dan terus dijaga kelestariannya.
Betul, keberadaan Dingo itu sebagai penanda bahwa ekologi di Grasberg dalam kualitas yang baik, kata Manager Grasberg, Sena Indra Wiraguna kepada wartawan, Selasa (10/12/2024).
Keberadaan New Guinea Singing Dog di kawasan Grasberg tidak hanya menunjukkan keberhasilan upaya konservasi, tetapi juga mencerminkan komitmen PT Freeport Indonesia dalam menjaga keseimbangan antara aktivitas industri dan pelestarian lingkungan.
Hewan tersebut merupakan spesies endemik Papua, tidak hanya menjadi daya tarik bagi peneliti dan ilmuwan, tetapi juga menjadi salah satu indikator utama dari keberhasilan pemulihan ekosistem pasca-penambangan.
Salah satu program penting yang dilakukan PT Freeport Indonesia untuk mendukung ekosistem adalah reklamasi lahan.
Sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan, PT Freeport Indonesia telah mengalokasikan biaya sebesar 200 ribu dolar AS per hektar untuk melakukan vegetasi dan reklamasi lahan yang terkena dampak aktivitas pertambangan.
Ini menunjukkan bahwa PT Freeport Indonesia serius dalam upaya memperbaiki kondisi lingkungan setelah kegiatan tambang berlangsung.
Pada tahun 2024, PT Freeport Indonesia telah berhasil melakukan reklamasi di sekitar 65 hektar lahan. Proses reklamasi ini mencakup berbagai tahap, mulai dari penanaman vegetasi lokal hingga pemulihan habitat alami yang dapat mendukung kehidupan flora dan fauna asli Papua.
Reklamasi ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi ekologis lahan yang terdampak, sehingga mampu mendukung kehidupan berbagai spesies termasuk New Guinea Singing Dog yang menjadi indikator utama keberhasilan program ini.
Rencana reklamasi PT Freeport Indonesia tidak berhenti pada angka 65 hektar, karena perusahaan ini memiliki target yang jauh lebih besar. Total luas lahan yang akan direklamasi mencapai 2400 hektar.
Dengan luas lahan yang sebesar itu, PT Freeport Indonesia berkomitmen untuk memperbaiki kualitas tanah dan memulihkan ekosistem yang terdampak oleh kegiatan pertambangan selama bertahun-tahun.
Ke depan, diharapkan kawasan ini akan kembali menjadi rumah yang layak bagi berbagai spesies, termasuk New Guinea Singing Dog, yang berperan penting dalam keseimbangan ekosistem.
Keberhasilan dalam reklamasi lahan ini bukan hanya untuk menjaga kelestarian lingkungan, tetapi juga untuk memperbaiki kondisi hidup masyarakat sekitar.
PT Freeport Indonesia berkomitmen untuk memastikan bahwa pemulihan ekosistem dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi generasi mendatang.
Program reklamasi ini juga mencerminkan keseriusan PT Freeport Indonesia dalam memenuhi standar lingkungan yang ketat.
Dalam menghadapi tantangan pertambangan yang sering berhadapan dengan isu-isu lingkungan, PT Freeport Indonesia menunjukkan bahwa kegiatan industri tidak harus merusak ekosistem, asalkan dilakukan dengan perencanaan yang matang dan komitmen yang kuat untuk melakukan pemulihan.
Keberadaan Singing Dog dan keberhasilan reklamasi di Grasberg menjadi bukti nyata bahwa pertambangan dan konservasi dapat berjalan beriringan. Ini menjadi contoh penting bagi industri pertambangan lainnya di Indonesia dan dunia bahwa kesuksesan ekonomi tidak perlu mengorbankan kelestarian alam.
PT Freeport Indonesia terus berinovasi dalam pendekatan keberlanjutan yang dapat diikuti oleh sektor-sektor lain.
Dalam beberapa tahun mendatang, PT Freeport Indonesia berharap untuk dapat memperluas program reklamasi ini dan meningkatkan hasilnya.
Perusahaan ini menyadari bahwa keberhasilan ekologi di Grasberg bukanlah tujuan akhir, melainkan bagian dari perjalanan panjang menuju keberlanjutan yang lebih baik, tidak hanya bagi perusahaan, tetapi juga bagi lingkungan dan masyarakat Papua secara keseluruhan.