wmhg.org – PT Panca Mitra Multiperdana Tbk. (PMMP) adalah perusahaan publik yang bergerak di industri makanan beku berbasis udang, dengan fokus utama pada pasar ekspor. Berdiri sejak 1997 dan beroperasi penuh pada 2004, PMMP kini dikenal sebagai salah satu eksportir udang terbesar di Indonesia.
Kaesang Pangarep, anak dari Presiden Joko Widodo, memiliki peran penting dalam perusahaan ini sejak 2021 melalui platform akselerator UMKM-nya, GK Hebat.
Lewat GK Hebat, Kaesang membeli 188,24 juta saham PMMP, setara dengan 8% dari keseluruhan saham perusahaan, dengan nilai investasi mencapai Rp92,2 miliar.
Melalui kepemilikan ini, Kaesang dan GK Hebat ingin meningkatkan kapasitas modal kerja PMMP, terutama untuk pengadaan bahan baku udang guna memenuhi permintaan ekspor yang meningkat.
Kemitraan ini juga membawa PMMP lebih dikenal di pasar domestik, mengingat profil publik Kaesang. Sementara ia tidak terlibat langsung dalam manajemen harian, kehadiran Kaesang memperkuat posisi perusahaan di sektor UMKM dan memperluas akses terhadap jaringan dan pasar baru bagi PMMP.
Fasilitas produksinya, yang terletak di Situbondo, Jawa Timur, dan Tarakan, Kalimantan Utara, mampu memproses hingga 32.000 ton udang per tahun. Selain itu, PMMP juga memiliki fasilitas cold storage berkapasitas 46.000 ton, menjadikannya salah satu produsen udang terbesar di Indonesia dalam hal kapasitas penyimpanan dingin.
PMMP menghasilkan tiga kategori produk utama: *Raw Shrimp* (udang mentah), *Cooked Shrimp* (udang matang), dan *Value Added Shrimp* (udang dengan nilai tambah). Produk-produk ini terutama diekspor ke Amerika Serikat dan Jepang, dengan kedua negara tersebut menyerap sekitar 95% dari total penjualan PMMP.
Sayangnya, PT Panca Mitra Multiperdana Tbk. (PMMP) kabarnya tengah menghadapi tekanan ekonomi yang cukup berat, hingga menunggak gaji para pekerjanya.
Penundaan pembayaran gaji karyawan PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP) diduga kuat memiliki kaitan erat dengan kondisi keuangan perusahaan yang melemah sejak awal 2024.
Pada semester I tahun ini, PMMP mencatatkan kerugian yang cukup besar hingga US$12,84 juta atau sekitar Rp210,23 miliar.
Catatan yang cukup buruk dibandingkan setahun lalu, di mana perusahaan masih berhasil meraih laba bersih sebesar US$3 juta atau sekitar Rp49,19 miliar.
Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan penjualan perseroan pada paruh pertama 2024, yang menyusut hingga 40,18% menjadi US$59,9 juta atau sekitar Rp980,64 miliar. Angka ini jauh di bawah pencapaian periode yang sama pada tahun sebelumnya, yang mencapai US$100,14 juta atau setara dengan Rp1,64 triliun.