wmhg.org – JAKARTA. Komposisi saham berkinerja unggul yang menjadi pendorong (leaders), maupun saham penekan indeks yang performanya tertinggal (laggards) menarik dicermati. Barisan saham leaders dan laggards ini akan menentukan arah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Ketika IHSG terjun 2,65% sepanjang tahun 2024, top 10 saham laggards dominan diisi oleh saham berkapitalisasi pasar besar (big cap). Mereka adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dan PT Astra International Tbk (ASII).
Di posisi berikutnya, top 10 saham laggards dihuni oleh PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
Di sisi yang lain, saham-saham yang berada di barisan top 10 leaders adalah PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI).
Di posisi saham leaders berikutnya ada PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas melihat komposisi saham leaders dan laggards pada 2024 relatif sesuai ekspektasi. Berdasarkan rilis laporan keuangan hingga kuartal III-2024, mayoritas saham leaders mengalami pertumbuhan top line, bottom line, maupun net profit margin.Â
Sedangkan di barisan saham laggards, sebagian mengalami penurunan laba bersih dan mayoritas mencatatkan pelemahan margin. Saham-saham yang menjadi leaders dan laggards secara mayoritas sesuai ekspektasi jika dilihat dari kinerja dan faktor-faktor yang memengaruhinya, kata Sukarno kepada Kontan.co.id, Kamis (2/1).
Head of Investment Heksa Solution Insurance Agung Ramadoni menyoroti top 10 saham leaders pada 2024 diisi oleh emiten milik konglomerat atau grup konglomerasi. Mayoritas pergerakan harga sahamnya lebih dipengaruhi oleh aksi korporasi yang mengubah ekspektasi pelaku pasar terhadap prospek kinerja emiten ke depan.
Sedangkan saham laggards dominan diisi oleh emiten big cap yang secara fundamental masih cukup baik, tapi minim sentimen yang bisa mendongkrak harga sahamnya. Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan menambahkan, saham-saham laggards pada 2024 banyak dihuni oleh saham berkategori defensif, dan biasanya menjadi penggerak IHSG.
Ekky menilai, tekanan pada saham-saham laggards itu terutama disebabkan oleh derasnya arus dana keluar (capital outflow) dari investor asing. Selain itu, ada juga sentimen sektoral yang memengaruhi penilaian pelaku pasar terhadap prospek emiten.
Sementara itu, Agung menyarankan jika sudah mendulang cuan dan harga sahamnya masih di posisi tinggi, pelaku pasar bisa mempertimbangkan profit taking atau sell on strength pada saham leaders di 2024. Sedangkan untuk saham laggards, Agung menyarankan strategi buy on weakness pada TLKM, BBRI dan GOTO.
Sukarno memberikan catatan, pelaku pasar perlu mencermati kembali momentum teknikal dan update kinerja dari masing-masing emiten. Dari sisi pergerakan saham, Sukarno menilai BBRI, TLKM, BBNI, BMRI, ASII dan SMGR berpeluang menguat karena secara valuasi sudah menarik.
Di jajaran leaders, BRMS, INDF, UNTR, BBCA dan PANI berpotensi lanjut naik. Sedangkan AMMN, DSSA, TPIA, BREN dan DNET berpeluang turun akibat profit taking. Sebagai pilihan investasi di barisan leaders dan laggards pada tahun lalu, Sukarno menyarankan hold atau buy saham BBRI, BBNI, BMRI, ASII, TLKM, INDF dan BBCA.