wmhg.org – Mantan Menteri Perindustrian Saleh Husin meluncurkan buku berjudul Hilirisasi Sawit Cegah Middle Income Trap bertempat di Gedung Pusat Industri Digital (PIDI) 4.0 Jakarta.
Hadir dalam peluncuran buku tersebut Wakil Presiden ke-10 dan 12 Jusuf Kalla, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, mantan Menteri Komunikasi dan informasi Rudi Antara.
Hadir pula Rektor terpilih Universitas Indonesia (UI) Prof. Heri Hermansyah, beberapa anggota DPR, pimpinan Kadin, pimpinan media masa, sejumlah pejabat eselon 1 dan 2 kementerian dan para kolega lainnya.
Saleh Husin mengatakan, bukunya disusun dari hasil disertasinya di Universitas Indonesia berjudul Hilirisasi Industri Sawit untuk Memperkuat Perekonomian Nasional dan Meningkatkan Posisi Tawar Indonesia dalam Perdagangan Dunia.
Managing Director Sinar Mas ini mengupas tajam dan mendalam tentang hilirisasi sawit secara komprehensif. Substansi buku tersebut secara garis besar meliputi mimpi Indonesia mewujudkan produksi sawit sebesar 100 juta ton per tahun.
Kemudian, meraih devisa ekspor produk sawit senilai 100 miliar dolar AS per tahun, melawan kampanye negatif negara-negara maju yang mendiskreditkan sawit, optimalisasi bursa sawit Indonesia, peta persaingan minyak nabati dunia, kemajuan hilirisasi yang dicapai Indonesia, strategi dan road map hilirisasi sawit ke depan serta berbagai tantangan yang dihadapi.
“Hingga di ujung bab membahas detail pengaruh hilirisasi sawit dalam mencegah Indonesia terperangkap ke dalam negara berpendapatan menengah (middle income trap),” ungkap Saleh.
Saleh menuturkan, kelapa sawit merupakan produk unggulan dan anugerah Tuhan yang dimiliki bangsa Indonesia. Karena nilai ekspor sawit bisa mencapai 30 miliar dolar AS. Sayang, Indonesia menguasai pasar dunia tapi harga dikendalikan oleh pihak lain, seperti bursa di Malaysia maupun bursa di Rotterdam.
“Ini hal yang sangat aneh. Kita yang menguasai produk tapi harga ditentukan oleh orang lain,” herannya.
Karena itu, Saleh menegaskan, pentingnya hilirisasi kelapa sawit secara langsung. Karena bisa memberikan banyak manfaat bagi perekonomian, seperti penggunaan bahan bakar biodiesel B35 saat ini yang dapat menghemat devisa negara hingga Rp 161 triliun, serta menciptakan lapangan kerja hingga 18 juta orang dari ekosistem tanaman sampai hilirisasi sawit.
Selain itu, hilirisasi sawit mendorong terwujudnya Net Zero Emission (NZE), mengingat bisa melakukan dekarbonisasi sampai 35 juta ton CO2.
Dia berharap buku yang diterbitkannya bisa berkontribusi bagi industri sawit Indonesia.
Saleh mengatakan, Indonesia pernah punya banyak komoditas yang berjaya tapi lenyap begitu saja.
“Saya berharap lumbung sawit tidak seperti rempah-rempah yang berjaya di abad 15 dan 16 tapi sekarang sayup-sayup saja terdengarnya. Jangan seperti itu kondisinya. Ini pekerjaan penting Pemerintahan Prabowo nanti,” tegasnya.
Sementara itu Agus Gumiwang Kartasasmita memproyeksi nilai keekonomian kelapa sawit dari hulu ke hilir tembus Rp 775 triliun tahun ini. Angka tersebut lebih tinggi dari realisasi nilai ekonomi kelapa sawit di Indonesia pada 2023 yang mencapai Rp 750 triliun.
Agus memaparkan, nilai ekonomi sektor sawit pada kuartal II-2024 telah mencapai Rp 193 triliun. Adapun, berdasarkan data nilai Produk Domestik Bruto (PDB) nasional kuartal II-2024, tercatat mencapai Rp 5,536 triliun.
Dia memperkirakan kontribusi sektor industri pengolahan kelapa sawit dan turunannya mencapai 3,5 persen. Untuk mencapai itu, diperlukan strategi hilirisasi kelapa sawit dari hulu ke hilir.
Menurutnya, kelapa sawit yang termasuk dalam industri agro merupakan salah satu dari 10 industri prioritas yang ditetapkan oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Politisi Partai Golkar ini mengungkapkan, produk hilirisasi dari turunan sawit telah mencapai 200 jenis atau naik dari tahun 2011 yang tercatat hanya ada 48 jenis produk turunan kelapa sawit.
Tak hanya itu, kata Agus, Pemerintah juga telah berhasil mengimplementasikan B30 sebagai salah satu produk hilirisasi dari kelapa sawit.
Saat ini, Kemenperin tengah mengupayakan implementasi B40. Bahkan, Pemerintah juga membuka peluang untuk mengembangkan B100.
Budi Karya Sumadi mendorong hilirisasi industri kelapa sawit dikembangkan menjadi energi terbarukan bioavtur agar bisa mendukung industri penerbangan.
BKS-sapaan akrab Budi Karya Sumadi, memprediksi bioavtur akan bisa digunakan massal pada tahun 2060.
“Di dunia aviasi kami sedang bicara membuat bioavtur. Jika mendapatkan itu, kita mendapatkan banyak bonus,” kata BKS.