wmhg.org – JAKARTA. Sederet emiten kompak menawarkan obligasi dan sukuk pada Rabu (13/11), mulai dari PT Petrosea Tbk (PTRO), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan Tower Bersama Group (TBIG).
Emiten tambang yang terafiliasi dengan taipan Prajogo Pangestu, PT Petrosea Tbk (PTRO) menerbitkan obligasi dan sukuk dengan total nilai Rp 1,5 triliun. Aksi ini menjadi bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi Berkelanjutan I dan PUB Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Petrosea.
Dari PUB Obligasi Berkelanjutan I, PTRO menargetkan penghimpunan dana sebanyak-sebanyak Rp 2 triliun. Dalam rangka itu, PTRO menerbitkan dan menawarkan Obligasi Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2024 degan jumlah pokok sebesar Rp 1 triliun.
Bergeser ke PUB Sukuk Ijarah Berkelanjutan I, melalui aksi ini PTRO menargetkan dana terhimpun senilai Rp 1 triliun. Dalam rangka itu, PTRO menerbitkan dan menawarkan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2024 dengan sisa imbalan ijarah sebanyak-banyaknya sebesar Rp 500 miliar.
Seluruh dana yang diperoleh dari hasil PUB Obligasi Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2024 dan sukuk ijarah, setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan dipergunakan seluruhnya untuk modal kerja PTRO. Melalui proyek-proyek yang dikerjakan pada proyek pertambangan dan proyek rekayasa & konstruksi, yang merupakan kegiatan usaha utama PTRO.
PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) akan menerbitkan obligasi berkelanjutan V tahap II tahun 2024 dengan jumlah pokok sebanyak-banyaknya Rp 3,5 triliun.
Sementara, sukuk yang diterbitkan ialah sukuk mudharabah berkelanjutan IV tahap II tahun 2024 dengan total dana sebesar Rp 2 triliun. Dengan begitu jumlah pokok obligasi dan sukuk yang ditawarkan sebesar Rp 5,5 triliun.
Dana yang diperoleh dari penawaran umum obligasi dan sukuk ini setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi akan dipergunakan untuk pembayaran utang perseroan dan modal kerja.
Tower Bersama Group (TBIG) berencana menerbitkan obligasi dengan jumlah pokok sebesar Rp 2 triliun. Obligasi ini akan ditawarkan kepada investor dalam dua seri, yaitu seri A dan seri B. Penerbitan tersebut merupakan bagian dari program Obligasi Berkelanjutan VI TBIG yang menargetkan total dana sebesar Rp 5,71 triliun.
Seluruh dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum obligasi, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan oleh perseroan untuk beberapa hal. Pertama, sebesar Rp 1.513,1 miliar untuk mendanai seluruh kewajiban perseroan dalam rencana pelunasan seluruh pokok Obligasi Berkelanjutan VI TBIG Tahap II Tahun 2023 yang akan jatuh tempo 15 Desember 2024.
Kedua, sebesar Rp 230,0 miliar untuk melakukan pembayaran atas sebagian pokok utang kepada PT Bank Negara Indonesia (BNI). Dan sisanya, untuk melakukan pembayaran atas sebagian pokok utang kepada PT Bank UOB Indonesia.
Founder Stocknow.id Hendra Wardana menerangkan sejumlah emiten seperti PTRO, INKP, dan TBIG memilih menerbitkan obligasi meskipun suku bunga sedang tinggi. Langkah ini diambil untuk memenuhi kebutuhan pendanaan guna mendukung berbagai ekspansi dan pembiayaan proyek.
Salah satu alasan emiten mengincar obligasi adalah prospek suku bunga yang kemungkinan akan menurun di masa mendatang, terutama jika ada penurunan suku bunga global atau kebijakan moneter dari Bank Indonesia, tutur Hendra kepada Kontan, Kamis (14/11).
Dengan begitu, emiten bisa mendapatkan pendanaan dengan struktur yang lebih stabil, mengurangi ketergantungan pada pinjaman bank yang mungkin memiliki bunga variabel, serta menyeimbangkan portofolio keuangannya dengan instrumen berbunga tetap.
Bagi para pelaku pasar, pendanaan melalui obligasi masih menarik, karena obligasi menawarkan peluang return yang relatif stabil dan kurang berisiko dibandingkan saham.
Untuk investor yang mencari pendapatan tetap atau ingin memperkuat diversifikasi, obligasi yang diterbitkan oleh emiten besar menjadi pilihan menarik, meski dengan tingkat bunga tinggi.
Bagi emiten, penerbitan obligasi tetap relevan karena dapat meminimalkan fluktuasi beban bunga di masa depan ketika ada potensi penurunan suku bunga, papar Hendra.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengungkapkan secara garis besar tujuan emiten menawarkan obligasi dan sukuk ialah dalam rangka ekspansi bisnis. Ditambah lagi sederet emiten tersebut benar-benar mengantisipasi prospek penurunan suku bunga acuan dari bank sentral.
Jadi kalau selama emiten emiten menerapkan aksi korporasi seperti penerbitan obligasi dan sukuk dalam ekspansi bisnis, ini bisa menarik perhatian bagi pelaku pasar tentunya, kata Nafan kepada Kontan, Rabu (13/11) malam.
Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto menerangkan kemungkinan para emiten menawarkan surat utang lantaran lebih mudah mendapatkan pendanaan dari obligasi. Selain itu, para emiten juga telah mengantisipasi adanya penurunan suku bunga.
William melihat dari sisi pelaku pasar bahwa pendanaan dari obligasi masih menarik. Sebab, investor yang menyukai fixed income cenderung memilih obligasi karena kepastian pembayaran bunganya, jelas William kepada Kontan, Rabu (13/11) malam.
William merekomendasikan untuk buy saham PTRO dengan target harga Rp 20.000 per saham, buy saham INKP di target harga Rp 7.600-Rp 8.050 dan wait and see untuk saham TBIG.
Nafan merekomendasikan untuk hold saham INKP, TBIG dan PTRO dengan target harga masing-masing Rp 6.900, Rp 1.980 dan Rp 16.775.
Sementara itu, Hendra merekomendasikan buy PTRO dengan target harga Rp 20.000 dan buy on weakness saham INKP di level Rp 6.775 dengan target harga Rp 7.900.