wmhg.org – Perusahaan manajemen aset global terkemuka, BlackRock Inc., dan bank tertua kedua di Amerika Serikat, State Street Corp., kembali meningkatkan investasi mereka di PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) pada awal September 2024.
Langkah ini menunjukkan kepercayaan investor internasional terhadap potensi kinerja perusahaan BUMN konstruksi tersebut di tengah kondisi pasar yang dinamis.
Pada hari ini, Selasa (10/9/2024), harga saham WIKA berkisar 454. Naik cukup tipis dibandingkan penutupan pekan lalu yaitu level Rp450 per saham. Harga ini mencerminkan kenaikan signifikan sebesar 120,68% secara year-to-date (YtD) dan melonjak hingga 309,09% dalam tiga bulan terakhir.
Lonjakan harga saham ini menjadikan WIKA sebagai salah satu saham konstruksi dengan performa terbaik di Bursa Efek Indonesia.
Dalam rentang waktu 2-6 September 2024, volume perdagangan saham WIKA mencapai 2 miliar lembar dengan nilai transaksi sebesar Rp851,3 miliar. Frekuensi transaksi juga tercatat tinggi, mencapai 107.631 kali hanya dalam sepekan, menunjukkan minat yang kuat dari para investor.
Berdasarkan data dari Bloomberg Terminal, BlackRock Inc., yang berbasis di New York, mengakumulasi 17,36 juta lembar saham WIKA pada 3 September 2024. Setelah pembelian tersebut, total kepemilikan BlackRock meningkat dari 24,85 juta menjadi 42,22 juta lembar saham, menjadikannya salah satu pemegang saham terbesar kelima di WIKA.
State Street Corp., bank yang didirikan pada tahun 1792 dan terkenal dengan pengelolaan aset globalnya, juga turut meningkatkan investasinya di WIKA dengan membeli 5,87 juta lembar saham pada tanggal yang sama. Sebelumnya, State Street sempat melepas seluruh kepemilikannya pada Mei 2024, namun kini kembali masuk dan berada di posisi ketujuh dalam daftar pemegang saham terbesar WIKA.
Dari sisi keuangan, WIKA membukukan laba bersih sebesar Rp401,95 miliar pada semester I/2024. Ini merupakan perbaikan signifikan dibandingkan dengan kerugian bersih sebesar Rp1,88 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kinerja positif ini didorong oleh penghasilan lain-lain sebesar Rp4,38 triliun, terutama dari keuntungan restrukturisasi pinjaman senilai Rp3,94 triliun dan pemulihan penurunan nilai sebesar Rp361,19 miliar.
Meskipun pendapatan bersih WIKA menurun 18,58% year-on-year (YoY) menjadi Rp7,53 triliun pada periode Januari hingga Juni 2024, perusahaan masih mencatatkan laba kotor sebesar Rp645,52 miliar. Penurunan ini utamanya disebabkan oleh melemahnya pendapatan di segmen infrastruktur dan gedung serta segmen industri.
WIKA juga menunjukkan komitmennya dalam memenuhi kewajiban finansial dengan melunasi utang obligasi dan sukuk sebesar total Rp896,5 miliar pada 9 Agustus 2024. Utang ini terdiri dari Obligasi Berkelanjutan II Wijaya Karya Tahap I-2021 Seri A senilai Rp571 miliar dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II tahap I-2021 Seri A sebesar Rp325,5 miliar. Selain itu, WIKA juga telah membayar bunga Obligasi dan Sukuk PUB II tahap I dan tahap II 2022 masing-masing sebesar Rp55,06 miliar dan Rp46,51 miliar.
Sekretaris Perusahaan WIKA, Mahendra Vijaya, menegaskan bahwa pelunasan ini menandakan bahwa perusahaan telah memenuhi seluruh kewajibannya sesuai perjanjian perwaliamanatan. Hal ini memberikan sinyal positif kepada pasar dan pemegang obligasi tentang kemampuan WIKA dalam mengelola utang dan menjaga likuiditas.
Disclaimer:Artikel ini disusun untuk tujuan informasi dan tidak dimaksudkan sebagai saran investasi, rekomendasi, atau ajakan untuk membeli atau menjual saham, obligasi, atau instrumen keuangan lainnya. Setiap keputusan investasi adalah tanggung jawab penuh pembaca. Redaksi menyarankan agar pembaca melakukan analisis sendiri atau berkonsultasi dengan penasihat keuangan yang profesional sebelum membuat keputusan investasi. Risiko investasi sepenuhnya menjadi tanggungan masing-masing individu.