wmhg.org – JAKARTA. Keputusan Airlangga Hartarto untuk mengundurkan diri dari posisi Ketua Umum Partai Golkar menimbulkan pertanyaan besar.
Bahkan, Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menilai tak ada satupun alasan yang cocok untuk menjelaskan aksi 'gantung kursi' kapten golkar itu.
Yang cocok justru jika menggunakan penjelasan lain. Sayangnya, berujung pada kesimpulan bahwa yang terjadi adalah diminta atau dipaksa mundur, kata Lucius pada Kontan.co.id, Senin (12/8).
Hal serupa juga diutarakan oleh Pengamat politik Ujang Komarudin.
Ia menilai mundurnya Airlangga Hartarto dari jabatannya mungkin saja terjadi karena ada tekanan tertentu. Dengan tekanan tersebut, maka akan membuka peluang agar pihak tertentu masuk.
Ya, boleh jadi kalau Airlangga mundur karena ada tekanan, bisa masuk Joko Widodo atau anaknya Gribran, kerena arahnya memang ke sana, katanya kepada , Minggu (11/8).
Ujang tidak menjelaskan tekanan seperti apa yang membuat Airlangga mundur.
Jadi saya melihatnya, bahwa tidak mungkin Airlangga mundur tidak ada tekanan. Bisa jadi tekanan itu dilakukan agar Airlangga mundur, sehingga memberikan ruang gerak Jokowi atau Gibran untuk menggantikannya sebagai ketua umum, walaupun harus menabrak aturan atau AD/ART partai, tandasnya lagi.