wmhg.org – JAKARTA. Nilai tukar rupiah ditargetkan sebesar Rp 16.100 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025.
Angka ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan outlook nilai tukar rupiah dalam APBN 2024 sebesar Rp 15.900 per dolar AS hingga Rp 16.100 per dolar AS.
Kepala Ekonom BCA David Sumual menilai, asumsi nilai tukar rupiah tersebut masih cukup baik, mengingat kondisi perekonomian baik domestik maupun global tahun depan masih penuh ketidakpastian, meskipun ekspektasi suku bunga The Fed akan mulai turun pada September 2024 ini.
“Tapi ya tetap saya pikir masih tadi uncertainty-nya masih cukup besar, jadi ya bagus juga ada asumsi yang sedikit konservatif gitu ya. Jadi, dan fundamental rupiah kita memang di sekitar Rp 16.000 per dolar AS,” tutur David kepada Kontan, Minggu (18/8).
Ia memperkirakan apabila penurunan suku bunga The Fed terjadi secara perlahan akhir tahun ini hingga tahun depan, maka nilai tukar rupiah berpotensi di bawah Rp 16.000 per dolar AS pada 2025.
Akan tetapi, apabila permasalahan global yang memburuk dan The Fed harus menurunkan suku bunganya dengan sangat cepat maka akan berdampak negatif kepada nilai tukar, nilai tukar rupiah bisa di atas Rp 16.000 per dolar AS pada 2025.
“Jadi biasanya itu ditandai dengan persoalan likuiditas ya, jadi likuiditasnya tiba-tiba mengerut gitu ya atau mengering, nah itu biasanya akan langsung ditanggapi negatif oleh market ya dan mata uang emerging market biasanya melemah tajam,” jelasnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, target rupiah tersebut adalah bentuk kehati-hatian pemerintah.
Meski begitu, Febrio melihat dalam jangka pendek peluang penguatan nilai tukar rupiah cukup besar, sejalan dengan arah penurunan suku bunga The Fed pada akhir 2024.
“Sehingga bahkan sebelum itu terjadi pun pasar sebenarnya sudah mulai price in,” kata Febrio, Jumat (16/8).