wmhg.org – JAKARTA. Indonesia perlu mendorong investasi padat karya untuk keluar dari perangkap pendapatan menengah atau middle income trap.
Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin mengatakan bahwa Indonesia wajib mendorong sektor-sektor investasi yang memiliki potensi besar, memperkerjakan banyak tenaga kerja, memberikan nilai tambah, berorientasi ekspor atau mengurangi ketergantungan impor.
Wijayanto menerangkan ada sejumlah sektor yang perlu digenjot oleh pemerintah, antara lain, pertama, sektor pertanian yang memperkerjakan hampir 30% tenaga kerja perlu didorong lebih produktif.
Investasi untuk mengatasi kebutuhan tradisional seperti pupuk, obat-obatan dan benih, agroindustri juga perlu dikembangkan, sehingga para petani bisa ikut menikmati nilai tambah, kata Wijayanto kepada Kontan, Rabu (7/8).
Kedua, sektor maritim. Wijayanto menjelaskan bahwa potensi dari sektor ini masih bisa digali kembali. Nelayan perlu dibantu untuk ditingkatkan pengetahuan dan perlengkapannya. Industri produk laut perlu didorong.
Dengan laut yang jauh lebih potensial dan luas, di sektor ini kita masih kalah jauh dibandingkan Vietnam dan Thailand, ucapnya.
Ketiga, sektor produk manufaktur, termasuk otomotif, mobil listrik, baterai, tekstil dan turunannya. Untuk tekstil dan turunannya, kita masih punya potensi besar, sayangnya kurang mendapatkan dukungan, ujarnya.
Keempat, sektor tambang sumber daya alam dan produk turunannya terutama dengan hilirisasi menuju industrialisasi dan mengedepankan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam pengelolaannya.
Kelima, sektor industri pariwisata. Sektor ini bisa mengangkat ekonomi lokal dan sumber devisa yang potensial.
Senada, Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda menjelaskan bahwa investasi padat karya yang mampu menyerap tenaga kerja diperlukan Indonesia untuk keluar dari middle income trap.
Investasi kepada sektor padat karya ini dibutuhkan di tengah keterbatasan pekerjaan saat ini. Salah satu syarat untuk masuk ke middle income country adalah produktivitas penduduknya. Bagaimana mau meningkatkan produktivitas kalo pekerjaan pun tidak punya. Jadi fokus ke sektor padat karya menjadi hal wajib, kata Nailul kepada Kontan, Rabu (7/8).
Diberitakan sebelumnya, menurut laporan Bank Dunia bertajuk World Development Report 2024: The Middle Income Trap, Bank Dunia mengurai cara negara berkembang bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah yakni melalui strategi 3i.
Fase 1i adalah investasi. Negara-negara berpendapatan rendah perlu fokus pada peningkatan investasi publik dan swasta untuk membangun fondasi ekonomi yang kuat. Namun, ketika mereka mencapai status berpendapatan menengah ke bawah, mereka perlu mengubah arah dan memperluas campuran kebijakan ke fase selanjutnya.
Fase 2i adalah investasi dan infusi. Fase ini terdiri dari adopsi teknologi dari luar negeri dan menyebarkannya ke seluruh perekonomian.
Fase 3i adalah investasi, infusi, dan inovasi. Pada tingkat berpendapatan menengah ke atas, negara-negara harus mengubah arah lagi ke fase yang terakhir. Mereka tidak diperbolehkan lagi mengadopsi ide teknologi dalam kegiatan produksi perekonomiannya, tapi harus mencapai ke tahap inovasi.