wmhg.org – JAKARTA. Sebagai upaya mengendalikan nilai tukar rupiah, Bank Indonesia (BI) menawarkan surat utang Sekuritas Bank Indonesia (SRBI) kepada investor dengan imbal hasil yang menarik, bila dibandingkan Surat Berharga Negara (SBN) milik pemerintah.
Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan, penerbitan SRBI tidak bermaksud untuk menyaingi penerbitan SBN. Ia mengaku sebelumnya sudah berkoordinasi terlebih dahulu dengan pemerintah ketika akan menerbitkan SRBI.
Adapun pada kuartal I 2024 lalu, terjadi outflow atau aliran modal asing keluar dari SBN sebesar US$ 1,82 miliar.
“Kami sampaikan memang dari kebijakan APBN memang belum perlu menaikkan penjualannya atau lelangnya SBN. Belum perlu. Karena belum perlu, sehingga kenapa kami koordinasi untuk ini, SRBI-nya kami dorong supaya membantu stabilitas nilai tukar,” tutur Perry dalam konferensi pers KSSK, Jumat (2/8).
Ia membeberkan penyebab imbal hasil SRBI lebih tinggi dari SBN karena disebabkan US Treasury Note 2 tahun yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan US Treasury Bond.
Sebagai informasi, kondisi US Treasury Note dipengaruhi oleh suku bunga acuan The Fed yang bertahan dilevel 5,25% hingga 5,5%. Sementara US Treasury Bond dipengaruhi jumlah utang AS. Adapun yield SRBI dikaitkan dengan US Treasury Note.
Pada kuartal II 2024, imbal hasil US Treasury Note mencapai 4,7% sementara US Treasury Bond mencapai 4,4%.
“Di kuartal II ini ada keluar SBN keluar. Itulah seperti itu karena memang tadi. Kenapa SRBI-nya sejauh ini lebih tinggi dari SBN? itu karena itu US Treasury Note pada kuartal II itu 4,7%, US Treasury Bond itu 4,4%,” jelasnya,
Perry menyebut, imbal hasil SRBI yang lebih tinggi tersebut telah berhasil mencegah capital outflow dari Indonesia. Saat capital outflow terjadi sebesar US$ 1,82 miliar dari pasar SBN di kuartal I 2024, secara bersamaan terjadi pula capital inflow ke SRBI sebesar US$ 1,29 miliar dan sebesar US$ 6,8 miliar di kuartal II-2024.
Ke depannya, Perry menyebut imbal hasil US Treasury Note akan turun seiring dengan adanya pemangkasan suku bunga The Fed, dan dalam waktu yang sama imbal hasil US Treasury bond akan naik, dan akhirnya akan membuat imbal hasil SRBI turun.
“Imbal hasil SRBI akan turun pada kuartal IV-2024. Mungkin yield-nya akan sama dengan SBN. Bisa saja jumlah lelang SRBI akan lebih rendah jumlahnya. Begitu keperluan lelang SBN lebih tinggi, kami akan turunkan lelang SRBI. Itu kami koordinasikan erat antara pemerintah dengan BI,” terangnya.
Sebagai informasi, tingkat suku bunga bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan tanggal 12 Juli 2024 tercatat masing-masing pada level 7,30%, 7,39%, dan 7,43%. Sementara itu, imbal hasil SBN tenor 2 dan 10 tahun per 16 Juli 2024 masing-masing sebesar 6,68% dan 6,95%.