wmhg.org – JAKARTA. Aktivitas manufaktur di sebagian besar negara-negara kawasan Asia tercatat masih tumbuh pada bulan Juli 2024 dididorong oleh peningkatan pesanan baru.
Pabrik-pabrik di sebebagian besar Asia memang mengalami pertumbuhan ekspor yang lebih baik dari perkiraan dan täta berada di jalur ekspansi.
Melansir Bloomberg, Kamis (1/8), indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) Taiwan yang diterbitkan olen S&P Global mencapai 52,9 pada Juli, tercatat masih di jalur ekspansi meski turun dari 53,2 pada Juni.
Mirip, PMI Korea Selatan pada Juli juga berada di jalur ekspasi mencapai 51,4, namun turun dari bulan sebelumnya denna indeks 52%. Hanya Jepang di wilayah utara yang mengalami kontraksi dengan PMI ada di level 49,1, turun dari indeks 50% pada Juni.
Baca Juga: Bursa Asia Kompak Melemah di Pagi Ini (2/8), Nikkei 225 Anjlok 5%
Usamah Bhatti, ekonom di S&P Global Market Intelligence mengatakan, Data PMI bulan Juli mengisyaratkan bahwa sektor manufaktur Korea Selatan melihat peningkatan berkelanjutan dalam kondisi operasi. “Baik output maupun volume pesanan baru meningkat, tetapi pada tingkat yang lebih rendah,” kata dia.
Sementara Asia Selatan, Vietnam, Thailand dan Filipina masih mancatatkan pertumbuhan aktivitas manufaktur dengan indeks di atas 50. Namun, Indonesia mulai masuk ke jalur kontraksi. Manufaktur Malaysia juga masih di area kontraksi dengan PMI mencapai 49,7%, turun dari 49,9% pada Juni.
Gambaran pemulihan yang tidak merata ini sebanding dengan pelemahan yang terus berlanjut di China. Aktivitas pabrik di Negeri Panda ini menyusut selama tiga bulan berturut-turut. PMI China pada Juli mencapai 49,4 dan pada Juni 49,5. Harga pembelian barang di pabrik juga berada di level terburuk dalam 13 bulan
Pejabat China mengaitkan penurunan itu dengan faktor musiman. Di Juli, produksi biasanya memang sepi, permintaan pasar menurun, dan kondisi cuaca ekstrem di beberapa daerah.
Peruntungan yang tidak menentu di Asia kemungkinan akan terus berlanjut, mengingat aturan perdagangan Amerika Serikat (AS) yang baru bulan depan yang berupaya menghentikan ekspor peralatan manufaktur semikonduktor dari beberapa negara asing ke produsen cip China.
Namun, pengiriman dari sekutu Amerika, termasuk Jepang dan Korea Selatan, akan dikecualikan dari aturan baru AS tersebut.
Meningkatnya ketegangan geopolitik setelah terbunuhnya pemimpim Hamas, Ismail Haniyeh, menimbulkan risiko terhadap prospek. Minyak melonjak di atas US$ 80 per barel karena para pedagang tengah menilai risiko eskalasi konflik.