Jakarta, wmhg.org Indonesia – Racun kalajengking menjadi cairan paling mahal di dunia. Satu galon racun kalajengking jenis Deathstalker, salah satu spesies kalajengking paling mematikan, berharga US$39 juta atau sekitar Rp589 miliar.
Lalu, apa yang membuat racun tersebut berharga fantastis?
Mengutip Business Insider, beberapa jenis racun kalajengking ternyata mengandung bahan kimia berharga yang mungkin menjadi kunci terobosan medis, seperti chlorotoxin. Kandungan ini dapat mengikat sel kanker tertentu untuk memudahkan identifikasi tumor di tubuh manusia.
Studi juga menunjukkan racun kalajengking mengandung berbagai molekul bioaktif lainnya yang dapat digunakan untuk pengembangan terapi baru terhadap sejumlah penyakit.
-
Penemuan Dunia Lain di Antartika, Ada Makhluk Mirip Manusia!
-
Heboh Penemuan Kaki Dinosaurus! Warga RI Tahu Faktanya
-
Geger Unboxing Mumi Anak Firaun Kaya Raya Bernama Golden Boy
Alasan lain yang membuat racun kalajengking berharga sangat mahal adalah cara mendapatkannya yang luar biasa sulit. Sebab satu kalajengking hanya bisa mengeluarkan satu tetes kecil racun sebanyak 2 miligram dalam sekali waktu.
Satu tetes kecil racun itu dihargai US$130 atau hampir Rp2 juta. Saking kecilnya ukuran cairan tersebut tidak lebih besar dari satu butir gula.
Belum lagi pada proses ekstraksi racun kalajengking dilakukan menggunakan tangan, satu per satu.
Selain itu, ada risiko saat proses ekstraksi tersebut, seseorang bisa kena sengatan. Meskipun satu sengatan dari kalajengking jenis Deathstalker tidak berakibat fatal bagi manusia, pendiri Venomtech, Steve Trim mengatakan bahwa rasa sakitnya seratus kali lebih menyakitkan daripada sengatan lebah.
Karena manfaat medisnya yang menjanjikan, permintaan untuk racun kalajengking terus meningkat. Mengutip The New York Times, Califf, seorang petugas dari Museum Gurun Arizona-Sonora berkata bahwa dia harus pergi ke gurun untuk menemukan lebih banyak kalajengking kulit kayu, yang dia buru di malam hari dengan cahaya hitam karena mereka bersinar dalam gelap.
Penggunaan racun untuk obat sebenarnya sudah ada sejak ratusan tahun lalu, meski saat itu belum ada bukti medis yang mendukung. Jarum yang dicelup racun adalah bentuk pengobatan akupunktur tradisional. Terapi sengatan lebah, di mana segerombolan lebah ditempatkan pada kulit, juga digunakan oleh beberapa tabib.