wmhg.org – BEIJING. Produsen mobil listrik terlaris di China, BYD Co, menargetkan separuh dari penjualannya ke depan akan disumbang dari penjualan luar negeri.
Hal itu menunjukkan BYD akan gencar membangun pabrik di luar China untuk mengatasi masalah tarif yang terus dihadapi perusahaan Negeri Panda itu.
Wakil Presiden Eksekutif BYD, Stella Li, mengatakan pasar luar negeri akan didorong menyumbang proporsi penjualan yang relatif besar. “Hampir setengah dari penjualan diharapkan akan datang dari luar negeri,” ujarnya dilansir Bloomberg, Rabu (28/8).
Meskipun Li tidak memberikan kerangka waktu spesifik untuk target penjualan global, hal itu tentu akan membutuhkan peningkatan besar dalam produksi dan pengiriman.
Tahun ini, BYD menargetkan penjualan global sebanyak 500.000 unit. Tampaknya target itu akan tercapai mengingat realisasi penjualan luar negerinya sudah mencapai 270.000 selama tujuh bulan pertama tahun ini atar 14% dari total penjualan BYD.
Secara keseluruhan, BYD membidik penjualan mobil listrik dan hybrid plug-in sekitar 3,6 juta tahun ini.
Untuk mencapai tujuan global tersebut, BYD telah menginvestasikan miliaran dolar untuk fasilitas produksi di Eropa, Asia, dan Amerika Selatan untuk melayani pasar lokal dan menghindari hambatan perdagangan yang diterapkan terhadap kendaraan listrik China.
Uni Eropa awal bulan ini memberlakukan bea tambahan sebesar 17% untuk mobil BYD. Sementara Kanada dan AS sama-sama mengenakan tarif 100% pada kendaraan listrik China, serta menuduh China curang dalam perdagangan dengan mensubsidi industri otomotifnya.
BYD telah memiliki pabrik yang beroperasi di Thailand, dan kapasitas manufaktur lebih banyak sedang dibangun di Hongaria, Brasil, dan Turki.
Perusahaan ini juga berkomitmen untuk membangun pabrik di Indonesia dan siap menandatangani kesepakatan produksi di Meksiko.
Untuk membangun kesadaran mereknya di luar China, BYD bulan lalu meneken kesepakatan dengan Uber Technologies Inc untuk memasukkan 100.000 kendaraan listrik ke dalam platform perusahaan ride-hailing tersebut, dan menjadi salah satu sponsor utama turnamen sepak bola Euro 2024 dan Copa America.
Menurut Joanna Chen, analis otomotif China dari Bloomberg Intelligence, target penjualan global berkontribusi 50% kemungkinan tidak akan tercapai hingga akhir dekade ini. “Target 50% itu setidaknya adalah cerita tahun 2030, atau bahkan lebih lambat,” ujar Chen.
BYD telah menjual dengan baik di negara-negara seperti Brasil, Israel, Thailand, dan Australia, namun pengemudi Eropa masih kurang antusias untuk membeli kendaraan listrik, mencerminkan kesulitan yang lebih luas bagi pemain lama dan baru di seluruh benua tersebut.
BYD juga menjadi kekuatan dominan di pasar dalam negerinya, mengalahkan produsen mobil barat yang sudah mapan seperti Volkswagen AG dengan menjual 3 juta unit tahun lalu.
Stella Li menambahkan, BYD kini juga sedang mendirikan data center di masing-masing negara Eropa saat memperluas mobil otonom dan terhubung ke internetnya.
“Data yang dikumpulkan tidak akan dikirim ke China untuk mengatasi kekhawatiran tentang keamanan data, sesuatu yang sedang diupayakan oleh AS.” pungkasnya.