wmhg.org – Jaringan gerai makanan cepat saji McDonald's mengalami penurunan penjualan secara global berdasarkan laporan hari Senin (29/7). Ini merupakan penjualan terburuk sejak tahun 2021.
Mengutip Reuters, penjualan global McDonald's turun 1% pada kuartal kedua (Q2) tahun ini, berbeda dengan ekspektasi perusahaan yang naik 0,5%. Namun, pendapatan keseluruhan masih sanggup naik 1%.
Penjualan serupa di AS turun 0,7% di Q2, berbeda dengan lonjakan 10,3% pada periode yang sama tahun lalu.
Penjualan di pasar internasional, yang menyumbang hampir setengah pendapatannya pada tahun 2023 turun 1,1%, didorong oleh pelemahan di Prancis.
McDonald's menghasilkan US$2,97 per saham berdasarkan penyesuaian pada kuartal kedua, meleset dari ekspektasi sebesar US$3,07.
Baca Juga: Turki Berupaya Masuk ke Israel untuk Bantu Palestina
Dampak Gerakan Boikot
Kemajuan yang lebih lambat dari perkiraan di China dan pasar lain yang melakukan aksi boikot akibat konflik di Timur Tengah secara signifikan berdampak buruk pada kinerja segmen bisnis McDonald's.
Perusahaan seperti McDonald's dan Starbucks terkena dampak boikot konsumen terkait aksi genosida Israel di Gaza. Situasi ini memperburuk penjualan mereka di Timur Tengah.
Meskipun demikian, McDonald's tetap mempertahankan anggaran belanja modalnya hingga US$2,7 miliar, dengan lebih dari separuhnya dialokasikan untuk restoran baru di AS dan pasar internasional lain.
CEO McDonald's Chris Kempczinski mengatakan, ada perilaku sangat diskriminatif di antara para konsumen. Meskipun begitu, dirinya percaya sentimen konsumen di sebagian besar pasar utama McDonald's masih rendah.
Dirinya mengaitkan penurunan penjualan ini terkait dengan kampanye boikot di wilayah dengan populasi Muslim yang besar.
Kempczinski melihat bahwa aksi tersebut lahir dari informasi yang salah. Di sisi lain, dirinya memastikan bahwa McDonald's akan tetap hadir mendukung banyak komunitas lokal, termasuk Muslim.
Situasi ini dipengaruhi oleh informasi yang salah. Namun, McDonald’s tetap berkomitmen untuk mendukung komunitas lokal, termasuk konsumen Muslim, kata Kempczinski, dikutip News Central.