wmhg.org – Dolar AS masih terjebak di dekat level terendah lima bulan terhadap euro dan mata uang utama lainnya pada Selasa (18/3).
Investor terus mencermati dampak ekonomi dari meningkatnya ketegangan perdagangan global.
Kekhawatiran bahwa kebijakan tarif agresif Presiden AS Donald Trump dapat memicu perlambatan ekonomi yang lebih luas telah melemahkan dolar, diperburuk oleh serangkaian survei sentimen yang menunjukkan pelemahan ekonomi.
Melansir Reuters, Indeks dolar, yang mengukur kinerja mata uang AS terhadap enam rival utamanya, telah turun sekitar 6% dari level tertinggi dua tahun di 110,17 yang dicapai pada pertengahan Januari.
Terakhir, indeks ini berada di 103,44, berusaha menjauh dari level terendah lima bulan di 103,21 yang disentuh Selasa lalu.
Data penjualan ritel AS pada Senin (17/3) menunjukkan pemulihan moderat pada Februari setelah revisi penurunan 1,2% di Januari, namun belum cukup kuat untuk memberikan dukungan bagi dolar.
Fokus pada Stimulus Jerman dan Kebijakan Bank Sentral
Euro bertahan di sekitar $1,0919, menjelang pemungutan suara terkait paket stimulus besar Jerman. Mata uang ini masih dekat dengan level tertinggi sejak 11 Oktober di $1,0947, yang dicapai pekan lalu.
Pada Senin, Mahkamah Konstitusi Jerman menolak gugatan dari partai oposisi terhadap rencana pemerintah koalisi yang akan datang.
Hal ini membuka jalan bagi parlemen untuk membahas paket stimulus senilai 500 miliar euro (US$544 miliar) yang mencakup investasi infrastruktur besar serta perubahan aturan pinjaman untuk memperkuat pertahanan dan mendorong pertumbuhan ekonomi terbesar di Eropa itu.
Di sisi kebijakan moneter, The Fed, Bank of Japan (BOJ), dan Bank of England (BOE) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan mereka minggu ini. Pasar akan lebih fokus pada panduan kebijakan dari para pejabat bank sentral.
The Fed juga akan merilis proyeksi ekonomi baru, yang akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai bagaimana bank sentral AS menilai dampak kebijakan Trump terhadap ekonomi.
“Secara keseluruhan, kami melihat bias dovish,” tulis tim strategi Citi FX dalam catatan risetnya.
Jika dihadapkan dengan kombinasi pertumbuhan dan lapangan kerja yang melemah serta inflasi yang meningkat, The Fed kemungkinan akan lebih memilih kebijakan yang mendukung pertumbuhan, menurut para analis.
Pasar saat ini memperkirakan pemangkasan suku bunga The Fed sekitar 60 basis poin, atau lebih dari dua kali pemotongan, hingga akhir tahun.
Pergerakan Mata Uang Global
Di Asia, yen Jepang melemah setelah mencapai level tertinggi sejak 4 Oktober di 146,545 per dolar pada Selasa lalu.
BOJ memulai pertemuan kebijakan dua hari pada Selasa, dengan pembahasan utama mengenai dampak perang dagang AS yang semakin meningkat terhadap ekonomi Jepang, yang akan menjadi faktor penentu kapan BOJ akan menaikkan suku bunga.
Dolar AS menguat 0,07% terhadap yen menjadi 149,3, setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi dalam hampir dua minggu di 149,46.
Pound sterling bertahan di $1,2985, sedikit di bawah level tertinggi sejak 7 November di $1,2999 yang dicapai pada Senin.
Sementara itu, bank sentral Australia mengatakan tetap lebih berhati-hati dibandingkan pasar terkait prospek pelonggaran kebijakan lebih lanjut, setelah memangkas suku bunga untuk pertama kalinya dalam lebih dari empat tahun bulan lalu.
Baca Juga: Rupiah Berbalik Melemah ke Rp 16.383 Per Dolar AS Pada Tengah Hari Ini (17/3)
Dolar Australia stabil di $0,6383, didukung oleh data penjualan ritel China yang lebih kuat serta optimisme terhadap rencana pemerintah untuk meningkatkan konsumsi domestik. Dolar Selandia Baru naik ke $0,58265, level tertinggi sejak 10 Desember.
Bitcoin turun tipis 0,18% menjadi US$83.827,14 pada Selasa.