wmhg.org – JAKARTA. Elon Musk, kembali menjadi pusat perhatian setelah serangkaian keputusan kontroversial yang melibatkan akuisisi Twitter.
Dengan memanfaatkan dana pinjaman sebesar US$13 miliar dari beberapa bank besar, Musk telah menimbulkan perdebatan luas terkait dengan dampak finansial dari langkah tersebut, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi pihak bank yang terlibat.
Akuisisi Twitter oleh Elon Musk
Pada tahun 2022, Elon Musk mengambil langkah besar dengan mengakuisisi Twitter, platform media sosial yang telah lama dikenal sebagai tempat berkumpulnya berbagai opini dan diskusi publik.
Untuk mendanai akuisisi ini, Musk memperoleh pinjaman sebesar US$13 miliar dari beberapa bank terkemuka, termasuk Morgan Stanley dan Bank of America. Namun, setelah akuisisi ini, performa Twitter mengalami penurunan drastis, dengan pendapatan yang menurun hingga 50%.
Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh serangkaian keputusan kontroversial yang diambil oleh Musk, termasuk perubahan drastis pada kebijakan perusahaan serta ketegangan dengan para pengiklan.
Meskipun keputusan Musk dalam mengelola Twitter menimbulkan kontroversi, banyak bank yang masih percaya pada kemampuannya untuk menciptakan nilai jangka panjang.
Rekam jejak Musk dalam membangun perusahaan teknologi yang sukses, seperti Tesla dan SpaceX, memberikan keyakinan bahwa dia dapat membalikkan keadaan dan menghasilkan keuntungan di masa depan.
Bank-bank yang memberikan pinjaman kepada Musk juga melihat kerja sama dengan Musk sebagai bagian dari strategi jangka panjang. Mereka memahami bahwa meskipun ada risiko jangka pendek, potensi untuk terlibat dalam proyek-proyek besar lainnya, seperti IPO SpaceX atau Starlink, dapat memberikan keuntungan yang signifikan dalam jangka panjang.