wmhg.org – BOSTON. Gelombang protes terhadap CEO Tesla, Elon Musk, dan kebijakannya yang dianggap merugikan pemerintahan terus meluas di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa.
Demonstrasi yang berlangsung di berbagai kota ini tidak hanya menargetkan kebijakan Musk, tetapi juga menyerukan boikot terhadap produk Tesla sebagai bentuk perlawanan terhadap kebijakan pemangkasan anggaran yang diusung oleh Department of Government Efficiency (DOGE).
Protes di Berbagai Kota dan Aksi Boikot
Sabtu lalu, demonstran turun ke jalan di kota-kota besar seperti New York, Boston, San Francisco, dan Los Angeles. Di depan berbagai showroom Tesla, mereka membawa spanduk bertuliskan Stop Elon dan DOGE, Jual Saham Tesla Anda, dan Hentikan Pemangkasan Anggaran Brutal.
Baca Juga: Elon Musk dan Robert Kiyosaki Peringatkan Amerika Serikat di Ambang Kebangkrutan
Di Boston, seorang demonstran bernama Nathan Phillips menyuarakan kemarahannya terhadap kebijakan Musk. Kita bisa membalas Elon dengan cara yang paling efektif: menyerang ekonomi Tesla. Kita boikot mobilnya, kita jual sahamnya, dan kita beri tahu dunia bahwa kita tidak mendukung kebijakan yang merusak ini, ujarnya dengan penuh semangat.
Selain demonstrasi jalanan, gerakan online yang menentang Tesla juga berkembang pesat. Situs web Tesla Takedown telah mencatat lebih dari 50 demonstrasi yang direncanakan dalam beberapa pekan ke depan, termasuk di kota-kota besar di Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, dan Portugal.
Musk dan DOGE: Pemangkasan Anggaran yang Kontroversial
Elon Musk, yang dipercaya oleh Presiden Donald Trump untuk memimpin Department of Government Efficiency (DOGE), telah melakukan pemangkasan besar-besaran dalam berbagai sektor pemerintahan.
Ribuan pegawai federal telah kehilangan pekerjaan, beberapa kontrak pemerintah dibatalkan, dan beberapa lembaga, termasuk U.S. Agency for International Development (USAID), ditutup sebagian.
Para kritikus menilai bahwa kebijakan ini berbahaya dan dapat merusak kesejahteraan banyak warga Amerika. Elon Musk tidak memiliki hak untuk merombak struktur pemerintahan tanpa melalui proses legislatif yang jelas, ujar seorang analis politik dari University of Pennsylvania, Michele Margolis.
Namun, pemerintahan Trump tetap bersikukuh bahwa kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi birokrasi. Protes tidak akan menghalangi Presiden Trump dan Elon Musk dalam misi mereka untuk membuat pemerintahan lebih efisien dan lebih bertanggung jawab kepada pembayar pajak Amerika, kata juru bicara Gedung Putih, Harrison Fields.
Aksi Vandalisme dan Respons Tesla
Di tengah meningkatnya ketegangan, beberapa showroom Tesla menjadi sasaran aksi vandalisme. Di Colorado, seorang wanita didakwa setelah melakukan serangan terhadap sebuah dealer Tesla, termasuk melemparkan bom molotov ke kendaraan dan menuliskan Nazi Cars di dinding showroom.
Sementara itu, di berbagai kota lain, beberapa pemilik Tesla melaporkan bahwa kendaraan mereka dirusak dengan coretan simbol-simbol yang mengandung kebencian.
Organisasi Yahudi dan kelompok hak asasi manusia menyatakan keprihatinan terhadap meningkatnya tindakan vandalisme dan ujaran kebencian yang menyertai protes ini.
Mengkritik kebijakan Elon Musk adalah hak setiap warga, tetapi tindakan kekerasan dan ujaran kebencian tidak boleh menjadi bagian dari gerakan ini, ujar perwakilan Anti-Defamation League.
Tesla sendiri belum memberikan tanggapan resmi atas gelombang protes ini. Saham perusahaan telah mengalami penurunan hampir sepertiga sejak Trump menjabat kembali sebagai presiden, meskipun masih lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Kekayaan bersih Musk, menurut Forbes, kini mencapai sekitar US$359 miliar, menjadikannya salah satu orang terkaya di dunia meskipun terjadi penurunan nilai saham.