wmhg.org – SEOUL. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menegaskan kembali janjinya untuk mempererat kerja sama dengan Rusia dalam sebuah pesan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.
Menurut kantor berita negara KCNA pada Jumat (16/8/2024), hal itu dilakukan saat Pyongyang memperingati ulang tahun kemerdekaan dari penjajahan Jepang.
Mengutip Reuters, pesan itu merupakan balasan atas pesan ucapan selamat dari Putin pada peringatan hari kemerdekaan 15 Agustus.
Pemimpin Rusia itu mengatakan ikatan yang terjalin saat tentara Soviet berperang melawan Jepang terus menjadi dasar hubungan mereka, kata KCNA.
Perasaan bersahabat dari tentara dan rakyat kedua negara yang terjalin dan semakin erat dalam perjuangan berdarah melawan musuh bersama menjadi kekuatan pendorong yang kuat untuk mengembangkan hubungan persahabatan dan kerja sama menjadi kemitraan strategis yang komprehensif dan persahabatan yang tak terkalahkan, kata Kim.
Kim dan Putin mengadakan pertemuan puncak kedua dalam waktu kurang dari setahun pada bulan Juni di Pyongyang, menandatangani pakta tentang kemitraan strategis yang komprehensif yang mencakup perjanjian pertahanan bersama.
Hal itu terjadi di tengah tuduhan oleh Korea Selatan, Ukraina, dan Amerika Serikat bahwa Kim membantu Rusia dalam perang melawan Ukraina dengan memasok roket dan rudal sebagai imbalan atas bantuan ekonomi dan bantuan militer lainnya dari Moskow.
Kim mengunjungi tugu peringatan untuk menghormati para prajurit revolusioner Korea yang berjuang dalam perlawanan terhadap Jepang untuk mengakhiri penjajahan 1910-1945 dan Menara Pembebasan tempat para prajurit Tentara Merah Soviet dikenang.
Pendiri negara Korea Utara Kim Il Sung, yang merupakan kakek pemimpin saat ini, didukung oleh Sekretaris Jenderal Uni Soviet Joseph Stalin yang menyatakan perang terhadap Jepang menjelang akhir Perang Dunia Kedua.
Soviet mendukung pasukan komunis Kim yang akhirnya mendirikan Korea Utara setelah pembebasan Korea pada tahun 1948.
Media pemerintah Korea Utara tidak menyebutkan cetak biru untuk penyatuan yang diumumkan oleh Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol pada hari Kamis, menyerukan dialog dengan Pyongyang dan mengusulkan konferensi internasional tentang hak asasi manusia Korea Utara.
Datang pada salah satu titik terendah dalam hubungan kedua Korea, cetak biru Yoon diterima dengan skeptis oleh beberapa ahli. Mereka meragukan apakah realistis untuk mengharapkan Pyongyang melihatnya sebagai sesuatu hal yang baik selain ancaman eksistensial terhadap rezimnya.