wmhg.org – BEIJING. Inflasi alias indeks harga konsumen China mengalami peningkatan pada bulan Juni melampaui proyeksi analis. Data tersebut memberikan harapan pemulihan permintaan domestik yang telah membebani pertumbuhan ekonomi Negeri Panda tersebut tahun ini.
Biro Statistik National China melaporkan indeks harga konsumen China pada Juli naik 0,5% secara tahunan, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang hanya naik 0,2%. Sebelumnya, konsensus analis yang disurvei Bloomberg hanya memprediksi inflasi mencapai 0,3%.
Harga di tingkat pabrik melanjutkan laju deflasi yang dimulai pada akhir tahun 2022, dengan indeks harga produsen (producer price index/PPI) turun 0,8% dari tahun sebelumnya. Konsensus analis sebelumnya memperkirakan penurunan sebesar 0,9%.
China berjuang menghadapi deflasi terpanjang sejak tahun 1999 akibat pelemahan konsumsi dan permintaan investasi. Perang harga di berbagai sektor terus berlangsung.
Penurunan harga di berbagai sektor menyebabkan pelemahan pertumbuhan nominal produk domestik bruto (PDB) China, menggerus laba perusahaan, dan cenderung mmebuat konsumen menunda pembelian karena berharap akan semakin turun.
Upaya memulihkan permintaan domestik mendesak dilakukan karena ekspor China pada Juli secara mengejutkan mengalami perlambatan. Padahal ekspor merupakan tumpuan ekonomi China tahun ini.
Perlambatan ekspor menunjukkan bahwa permintaan global turun. Mika ini berlanjut dan konsumsi dalam negeri tidak didongkrak maka bisa membahayakan target pemerintah China untuk mencapai pertumbuhan sekitar 5% pada 2024.
Politbiro China, badan penentu keputusan utama Partai Komunis yang berkuasa, berjanji untuk menjadikan peningkatan belanja konsumen sebagai fokus kebijakan yang lebih besar dalam pertemuan baru-baru ini.
Pemerintah meluncurkan rencana aksi 20 langkah untuk mendorong lebih banyak belanja jasa, meskipun hanya memberikan sedikit insentif keuangan untuk meningkatkan permintaan domestik.