wmhg.org – JAKARTA. Dalam beberapa hari terakhir, ketegangan antara Iran dan Israel meningkat tajam, memicu kekhawatiran akan kemungkinan serangan balasan dari pihak Iran.
Situasi ini berakar dari pembunuhan Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas, yang terjadi di Tehran.
Iran menegaskan haknya untuk memberikan respon yang tepat terhadap tindakan tersebut, sementara Amerika Serikat telah mengerahkan USS Georgia, kapal selam bertenaga nuklir yang dipersenjatai dengan rudal, ke Timur Tengah sebagai langkah antisipasi.
Penegasan Iran dan Langkah Amerika Serikat
Iran, melalui Menteri Luar Negeri Sementara Ali Bagheri Kani, menyatakan haknya untuk memberikan respons yang tegas terhadap Israel.
Di sisi lain, John Kirby, juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, menegaskan bahwa respons Iran mungkin akan terjadi dalam waktu dekat, namun sulit untuk memprediksi bentuknya secara spesifik. AS dan sekutunya mempersiapkan kemungkinan serangan besar-besaran sebagai langkah antisipasi.
Komandan Angkatan Udara Israel, Mayor Jenderal Tomer Bar, mengeluarkan perintah melarang pejabat karier bepergian ke luar negeri untuk berlibur. Hal ini mengikuti laporan bahwa tentara Israel yang berada di Georgia dan Azerbaijan telah diminta untuk kembali ke Israel segera.
Para pemimpin Perancis, Jerman, dan Inggris juga telah mengeluarkan pernyataan bersama, meminta Tehran untuk menahan diri dari serangan balasan yang dapat memperburuk ketegangan regional.
Pernyataan tersebut juga mendukung gencatan senjata di Gaza, pengembalian sandera yang ditahan oleh Hamas, dan pengiriman bantuan kemanusiaan yang tidak terhalang.
Ketegangan yang Meningkat dan Persiapan Militer
Ketegangan ini dipicu oleh pernyataan pejabat Iran dan Israel bahwa Tehran berada di ambang melakukan serangan balasan berskala besar.
Pada hari Jumat, seorang wakil komandan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran menyebutkan bahwa negara tersebut sedang mempersiapkan perintah dari pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei untuk menghukum keras Israel atas pembunuhan Haniyeh.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menginformasikan kepada Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, bahwa Iran sedang mempersiapkan serangan militer besar-besaran terhadap Israel dalam beberapa hari mendatang.
Baca Juga: AS Terseret Konflik Timur Tengah, Washington Kirim Kapal Selam Rudal dan Kapal Induk
Dampak pada Penerbangan Internasional dan Situasi di Gaza
Peningkatan ketegangan ini berdampak pada sejumlah maskapai internasional yang membatalkan penerbangan ke wilayah tersebut. Maskapai Lufthansa, misalnya, memperpanjang penangguhan penerbangan ke Tel Aviv, Tehran, Beirut, Amman, dan Erbil hingga 21 Agustus, serta menghindari penggunaan ruang udara Iran dan Irak.
Sementara itu, situasi di Gaza semakin memburuk dengan perintah evakuasi lebih lanjut di selatan Gaza. Tentara Israel telah memerintahkan evakuasi tambahan setelah serangan rudal mematikan di sebuah sekolah yang berfungsi sebagai tempat perlindungan, menewaskan sedikitnya 80 orang Palestina.
Perintah evakuasi ini mengakibatkan jutaan penduduk Gaza terpaksa mengungsi beberapa kali.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, menyerukan penerapan sanksi sebagai tanggapan terhadap ajakan Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir, yang meminta pemblokiran bantuan kemanusiaan ke Gaza hingga semua sandera dibebaskan. Borrell juga menekankan perlunya jarak yang tegas dari ajakan tersebut dan mendesak pemerintah Israel untuk terlibat dengan tulus dalam negosiasi gencatan senjata yang dimediasi oleh AS, Qatar, dan Mesir.