wmhg.org – JAKARTA. Ketegangan antara China dan Filipina kembali memanas setelah kapal-kapal penjaga pantai dari kedua negara terlibat tabrakan di Laut China Selatan.
Insiden ini terjadi pada Senin pagi di sekitar Karang Xianbin, yang juga dikenal sebagai Karang Sabina, dan menandai peningkatan konflik di wilayah yang telah lama dipersengketakan ini.
Tabrakan ini terjadi tidak lama setelah kedua negara mencapai kesepakatan sementara untuk menghindari bentrokan di sekitar Karang Second Thomas.
Kronologi Insiden
Menurut pernyataan dari Penjaga Pantai China, insiden terjadi ketika dua kapal dari Penjaga Pantai Filipina secara ilegal mencoba memasuki perairan di sekitar Karang Xianbin.
Pada pukul 3:23 pagi, kapal Filipina tersebut dikatakan mengabaikan beberapa peringatan dan dengan sengaja menabrak kapal China dengan cara yang tidak profesional dan berbahaya. Penjaga Pantai China juga merilis dua video yang menunjukkan pertemuan tersebut.
Kedua kapal Filipina tersebut kemudian mencoba memasuki perairan di sekitar Karang Ren’ai, yang juga dikenal sebagai Karang Second Thomas. Penjaga Pantai China mengklaim telah mengambil langkah-langkah pengendalian terhadap kapal-kapal tersebut, meskipun tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Di sisi lain, pejabat keamanan nasional Filipina melaporkan bahwa dua kapal mereka mengalami kerusakan akibat bentrokan tersebut. Salah satu kapal Filipina mengalami kerusakan struktural yang serius, termasuk lubang di dek kapal.
Filipina menggambarkan tindakan China sebagai manuver yang melanggar hukum dan agresif, yang mengakibatkan bentrokan yang menyebabkan kerusakan pada kedua kapal penjaga pantai Filipina.
Reaksi dan Dampak Diplomatik
Tindakan ini kembali memicu ketegangan diplomatik antara Beijing dan Manila. Juru bicara Penjaga Pantai China, Gan Yu, menuduh Filipina melanggar kesepakatan sementara dengan berulang kali memprovokasi perkelahian. Gan Yu juga mengeluarkan peringatan keras kepada Filipina untuk segera menghentikan tindakan pelanggaran dan provokasi.
Di sisi lain, Filipina menyatakan bahwa mereka akan terus mempertahankan tanggung jawab untuk memastikan keselamatan dan keamanan wilayah maritimnya, serta menghadapi ancaman terhadap kepentingan nasional mereka.
Insiden ini menambah daftar panjang bentrokan antara kapal-kapal dari kedua negara di Laut China Selatan selama setahun terakhir, terutama setelah Filipina di bawah pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos Jr. mulai menentang klaim-klaim luas Beijing atas perairan yang kaya sumber daya ini.
Insiden bentrokan ini terjadi setelah serangkaian ketegangan di wilayah yang sama. Sebulan sebelumnya, kedua negara mencapai kesepakatan sementara untuk menghindari bentrokan di sekitar Karang Second Thomas, yang mencakup pembentukan hotline antara perwakilan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. dan Presiden China Xi Jinping.
Namun, insiden terbaru ini menunjukkan bahwa ketegangan di lapangan tetap tinggi, bahkan setelah kesepakatan tersebut.
Selain itu, Filipina baru-baru ini mengajukan protes diplomatik terhadap China setelah Manila melaporkan bahwa dua pesawat Angkatan Udara China melakukan manuver berbahaya dan menembakkan suar di jalur pesawat Angkatan Udara Filipina yang sedang berpatroli di atas Karang Scarborough yang disengketakan.