wmhg.org – JAKARTA. Korea Utara, di bawah kepemimpinan Kim Jong-un, terus memperkuat kapasitas militernya dengan mengembangkan teknologi drone bunuh diri.
Upaya ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan negara-negara tetangga, khususnya Korea Selatan, yang rentan terhadap ancaman udara dari Utara.
Kim Jong-un, dalam kunjungannya ke Institut Drone Akademi Ilmu Pertahanan Korea Utara, menegaskan pentingnya pengembangan lebih lanjut dari drone bunuh diri sebagai bagian dari strategi militer yang lebih luas.
Komitmen Kim Jong-un terhadap Pengembangan Drone Bunuh Diri
Kim Jong-un menekankan bahwa pengembangan dan produksi drone bunuh diri dengan berbagai tipe adalah kebutuhan yang mendesak. Drone-drone ini diharapkan dapat digunakan dalam unit infanteri taktis dan operasi khusus, serta sebagai drone pengintai strategis dan serangan multi-fungsi.
Dalam kunjungannya, Kim menyaksikan demonstrasi drone bunuh diri yang berhasil menghancurkan target, termasuk tank tiruan, setelah mengikuti rute yang telah ditentukan.
Drone bunuh diri ini tidak hanya diharapkan beroperasi di darat, tetapi juga mencakup serangan bawah laut, yang menambah dimensi baru dalam penggunaan teknologi ini. Penggunaan kecerdasan buatan (AI) juga disoroti sebagai elemen penting dalam pengembangan kendaraan tak berawak untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional.
Menurut laporan dari Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS), analisis lebih lanjut diperlukan untuk menentukan kemiripan antara drone baru Korea Utara dan drone Rusia ZALA Lancet serta drone buatan Iran, Shahed.
Kedekatan hubungan militer antara Pyongyang dan Moskow, serta potensi pertukaran teknologi ini, dapat mempercepat perkembangan drone bunuh diri di Korea Utara, meningkatkan ancaman terhadap stabilitas kawasan.
Respons Korea Selatan: Pengembangan Sistem Pertahanan Laser
Sebagai respons terhadap ancaman drone dari Korea Utara, Administrasi Program Pengadaan Pertahanan Nasional Korea Selatan (DAPA) telah mengumumkan rencana untuk menerapkan senjata laser Star Wars yang mampu melelehkan permukaan drone hingga menyebabkan komponen internalnya terbakar.
Sistem pertahanan baru ini diharapkan dapat siap digunakan pada akhir tahun ini, memberikan Korea Selatan alat yang lebih efektif untuk menanggulangi ancaman udara dari Utara.