wmhg.org – JAKARTA. Kepemilikan klub sepak bola Chelsea saat ini berada dalam situasi penuh ketegangan, di mana dua pihak utama di belakang kepemilikan klub tengah bersaing untuk saling mengakuisisi saham satu sama lain.
Situasi ini berpusat pada Todd Boehly, investor minoritas dengan pengaruh publik yang besar, dan Behdad Eghbali, sosok utama dari Clearlake Capital, pemegang saham mayoritas klub.
Todd Boehly: Investor dengan Peran Publik Besar
Todd Boehly sering kali dianggap sebagai pengambil keputusan utama dalam kepemilikan Chelsea, terutama karena peran publiknya yang menonjol saat Chelsea diakuisisi dari Roman Abramovich pada 2022. Boehly juga terkenal karena beberapa komentar publiknya yang kontroversial, seperti proposal pertandingan All-Star Premier League.
Meskipun tampil sebagai figur publik utama, Boehly sebenarnya hanya memiliki 12,8% saham di Chelsea, setara dengan rekan-rekannya seperti Mark Walter dan Hansjorg Wyss.
Hal ini membatasi kekuasaannya untuk memaksakan kebijakan yang diinginkannya. Menurut laporan Bloomberg, Boehly berkeinginan untuk membeli saham Clearlake Capital dan mengambil kendali penuh atas klub.
Meski demikian, beberapa pihak internal klub mengkritik pendekatan ini karena dianggap terlalu tergesa-gesa dan tidak memberikan kestabilan yang cukup bagi tim.
Di sisi lain, di bawah kendali Eghbali, klub berusaha untuk menata ulang manajemen dan struktur rekrutmennya. Salah satu proyek besar yang sedang dalam perencanaan adalah renovasi Stamford Bridge, meskipun perkembangan proyek ini terhambat oleh konflik kepemilikan yang sedang berlangsung.
Saat ini, rencana untuk memperluas stadion berkapasitas 40.000 kursi tersebut direncanakan akan selesai pada 2030, namun target tersebut kini diragukan.
Pilihan Resolusi Konflik
Saat ini, ada beberapa skenario yang mungkin terjadi untuk menyelesaikan konflik kepemilikan di Chelsea, yaitu:
- Boehly membeli saham Clearlake Capital.
- Clearlake membeli saham Boehly.
- Kedua pihak terus bekerja sama dalam aliansi yang tidak nyaman.
- Keterlibatan pihak ketiga dalam proses pengambilan keputusan.
Namun, situasinya jauh lebih rumit daripada sekadar konflik antara dua pihak. Keduanya memiliki hak veto atas keputusan besar, termasuk penjualan saham ke pihak ketiga.
Meskipun Clearlake sebagai pemegang saham mayoritas tampaknya memiliki posisi yang lebih kuat, Boehly dapat mencoba untuk membuat tawaran spekulatif untuk membeli saham Clearlake guna menguji respons mereka.