wmhg.org – PARIS. Percepatan pengayaan uranium Iran hingga mendekati mutu bom sangat serius, tidak memiliki pembenaran sipil dan bertentangan dengan pernyataan Teheran tentang keinginan negosiasi nuklir yang serius.
Hal tersebut diungkapkan oleh sumber diplomatik Barat pada hari Sabtu (7/12/2024).
Iran telah lama membantah mengembangkan senjata nuklir.
Melansir Reuters, Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan pada hari Sabtu bahwa program nuklir Teheran berada di bawah pengawasan terus-menerus dari pengawas nuklir PBB Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Sumber diplomatik Barat, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan kepada Reuters bahwa percepatan pengayaan itu bertentangan dengan deklarasi Iran tentang kesediaannya untuk kembali ke negosiasi yang kredibel.
Langkah-langkah ini tidak memiliki pembenaran sipil yang kredibel dan, sebaliknya, dapat secara langsung memicu program nuklir militer jika Iran mengambil keputusan itu, kata sumber itu.
Rafael Grossi, kepala IAEA, mengatakan kepada Reuters pada hari Jumat bahwa Iran tengah mempercepat pengayaan uraniumnya hingga mencapai kemurnian 60%, mendekati level sekitar 90% yang merupakan tingkat senjata.
IAEA kemudian mengonfirmasi dalam sebuah laporan rahasia kepada negara-negara anggota tentang percepatan pengayaan, sebuah proses yang memurnikan bahan mentah sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam pembangkit listrik tenaga nuklir sipil atau, berpotensi, senjata nuklir.
Menanggapi pernyataan Grossi dan berita tentang laporan rahasia tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baghaei mengatakan pada hari Sabtu bahwa program nuklir Iran dilaksanakan dalam kerangka Perjanjian Non-Proliferasi dan perlindungan lainnya dengan cara yang sepenuhnya transparan dan di bawah pengawasan IAEA.
Tonton: NASA Artemis Mundur, Iran Luncurkan Modul, Vega Terbang, Stegosaurus Terlengkap
Kegiatan-kegiatan baru-baru ini juga telah dilaksanakan dengan informasi terperinci yang diberikan kepada IAEA dan berada di bawah pengawasan berkelanjutannya, kata Baghaei, menurut media pemerintah Iran.