wmhg.org – JAKARTA. Pasar saham global mengalami penurunan tajam meskipun sempat menunjukkan awal yang menjanjikan di awal tahun.
Tekanan dari tarif perdagangan yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump telah menyebabkan peningkatan biaya bagi bisnis dan ancaman tarif balasan dari negara lain. Hal ini memicu ketidakpastian pasar, menyebabkan penurunan aset berisiko seperti ekuitas dan mata uang kripto.
Baca Juga: Begini Cara Warren Buffett Melindungi Diri Saat Inflasi
Kebijakan Tarif dan Dampaknya pada Pasar Saham
Keputusan Presiden Donald Trump untuk memberlakukan tarif terhadap barang impor telah memicu reaksi negatif dari pasar global. Beberapa negara mitra dagang utama AS, termasuk Tiongkok, telah merespons dengan kebijakan tarif balasan yang berisiko menggerus profitabilitas perusahaan-perusahaan yang bergantung pada rantai pasokan global.
Selain itu, dampak dari kebijakan tarif ini dapat mengarah pada peningkatan biaya bahan baku, yang pada akhirnya akan ditransfer ke konsumen dalam bentuk harga barang yang lebih tinggi. Situasi ini berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Di sisi lain, inflasi yang meningkat akibat kebijakan tarif bisa memicu respons agresif dari Federal Reserve dengan menaikkan suku bunga. Suku bunga yang lebih tinggi sering kali berdampak negatif pada pasar saham karena meningkatkan biaya pinjaman bagi perusahaan dan konsumen, yang dapat menghambat pertumbuhan bisnis dan pengeluaran konsumen.
Baca Juga: 5 Jebakan Keuangan yang Sebabkan Orang Miskin Sulit Punya Tabungan ala Warren Buffett
Strategi Warren Buffett di Tengah Ketidakpastian Pasar Saham
Di tengah ketidakpastian ekonomi yang semakin meningkat, strategi investasi Warren Buffett menjadi perhatian utama para investor. CEO Berkshire Hathaway, yang dijuluki sebagai 'Oracle of Omaha', telah lama memperingatkan potensi risiko di pasar saham. Dalam beberapa tahun terakhir, Buffett menunjukkan sikap hati-hati dan cenderung bearish terhadap kondisi pasar.
Pada tahun 2023, Berkshire Hathaway mencatatkan penjualan saham senilai US$134 miliar, meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sekitar US$34 miliar.
Kini, Warren Buffett menguasai posisi kas terbesar dalam sejarah Berkshire Hathaway, mencapai US$334 miliar. Selain itu, perusahaan juga memiliki sekitar US$286,5 miliar dalam bentuk Treasury Bills AS.
Meski begitu, Buffett tidak sepenuhnya meninggalkan investasi di saham. Ia kembali menegaskan pandangannya bahwa kepemilikan saham tetap lebih disukai dibandingkan uang tunai. Strategi portofolio terbaru Berkshire Hathaway mencakup peningkatan kepemilikan di beberapa perusahaan serta investasi baru di sejumlah perusahaan yang dinilai memiliki nilai prospektif.