Jakarta, wmhg.org Indonesia – Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Lestari Priansari Marsudi mengungkapkan kendala Indonesia dalam memperoleh vaksin Covid-19. Hal ini dijabarkan dalam rapat kerja bersama Komisi I DPR RI pada Kamis (3/6/2021).
Retno memaparkan sampai saat ini, pemerintah RI baru berhasil mengamankan lebih dari 91 juta dosis vaksin, tepatnya 91.910.500 dosis vaksin.
Jumlah tersebut terdiri dari vaksin Sinovac 84.500.000 dosis, Sinopharm 1.000.000 dosis, dan 6.410.500 dosis vaksin AstraZeneca dari COVAX Facility yang diberikan secara gratis.
Upaya mendapatkan vaksin untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri akan terus dilanjutkan. Salah satu tantangan yang dihadapi semua negara saat ini adalah terjadinya keterlambatan pengiriman vaksin dari jalur bilateral dan multilateral, kata Retno.
-
Fakta-fakta H10N3, Flu Burung Baru yang Jangkiti Warga China
-
Blak-blakan BGS Soal Vaksin, Dari Geopolitik Hingga Isu Haji
-
Pakai Vaksin Sinovac, Kehidupan Kota Ini Nyaris Normal Lagi
Keterlambatan ini, kata Retno, biasanya disebabkan oleh kapasitas produksi yang masih terbatas dan restriksi ekspor dari negara produsen. Salah satunya India yang berhenti mengekspor vaksin karena meningkatnya kasus Covid-19 di sana.
Sebagai contoh: vaksin AstraZeneca yang diproduksi oleh Serum Institute of India hanya terkirim 18% dari komitmen awal. Sementara vaksin AstraZeneca oleh SK Bio Korea Selatan hanya mencapai 50% dari komitmen awal, papar Retno.
Walaupun sudah terdapat 187 negara yang melakukan vaksinasi, tetapi kesenjangan kepemilikan dan pelaksanaan vaksinasi masih terus menjadi perhatian dunia.
Mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Retno menjabarkan perbedaan yang cukup signifikan dalam jumlah vaksinasi di tiap negara. Kawasan Amerika Utara setidaknya telah memvaksinasi 59,62% dari total populasinya, Eropa 46,53%, kawasan ASEAN 7,13%, dan kawasan Afrika 2,25%.
Sementara data lain mengatakan bahwa negara kaya sudah memperoleh 83% dosis vaksin Covid-19. Sementara negara-negara berkembang baru menerima 17% dosis vaksin global, meskipun jumlah penduduknya mencapai 47% dari populasi dunia, jelas Retno.
Pada pembukaan World Health Assembly beberapa hari lalu, Dirjen WHO menyampaikan lebih dari 75% dosis vaksin yang telah disuntikan di dunia dilakukan hanya di 10 negara saja.
Selain mendukung pemenuhan kebutuhan vaksin di dalam negeri, Retno mengatakan diplomasi Indonesia juga gencar mendukung terciptanya akses setara terhadap vaksin bagi semua negara.
Sebagai salah satu petinggi (co-chair) dari COVAX Advance Market Commitment Engagement Group (COVAX-AMC EG), bersama dengan WHO, GAVI, UNICEF, dan CEPI, Indonesia terus berada di garda depan memperjuangkan kesetaraan akses terhadap vaksin bagi semua negara. No one is safe, until everyone is, tukasnya.