wmhg.org – JERUSALEM/KAIRO. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengklaim bahwa serangan udara Israel “menghantam keras” pertahanan dan produksi misil Iran pada Minggu (27/10).
Namun, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menilai dampak serangan tersebut tidak perlu dilebih-lebihkan.
Di tengah meningkatnya konflik di Gaza dan Lebanon, konfrontasi langsung antara Israel dan Iran berpotensi memicu perang regional.
Meski demikian, sehari setelah serangan udara tersebut, belum terlihat tanda-tanda eskalasi lebih lanjut.
Namun, pertempuran sengit antara pasukan Israel dan kelompok Hezbollah yang didukung Iran di Lebanon terus berlanjut pada Minggu.
Serangan udara Israel di Sidon menewaskan delapan orang di sebuah blok perumahan, menurut keterangan petugas medis setempat.
“Angkatan udara menyerang seluruh wilayah Iran. Kami menghantam keras kemampuan pertahanan dan produksi misil mereka yang diarahkan kepada kami,” ujar Netanyahu dalam pidatonya, menyebut serangan tersebut sebagai “tepat dan kuat” dan mengklaim telah mencapai semua tujuan yang direncanakan.
Iran sendiri belum menunjukkan respons resmi atas serangan pada Sabtu yang dilakukan oleh puluhan jet tempur yang menargetkan area sekitar ibu kota Teheran dan wilayah barat seperti Ilam dan Khuzestan.
Serangan ini merupakan lanjutan dari siklus serangan balasan kedua negara dalam beberapa bulan terakhir, setelah Iran meluncurkan serangan misil pada 1 Oktober yang sebagian besar berhasil ditangkis oleh pertahanan udara Israel.
Khemenei mengatakan bahwa perhitungan Israel “harus diganggu”. Serangan tersebut, yang menewaskan empat tentara dan menyebabkan beberapa kerusakan, “tidak perlu dilebih-lebihkan ataupun diremehkan,” ujarnya.
Ketua Parlemen Iran Mohammad Baqer Qalibaf menegaskan bahwa Iran berhak membela diri dan respons Iran “akan tegas, sesuai dengan kebutuhan”.
Pertempuran di Lebanon
Pada Minggu, militer Israel mengimbau warga di 14 desa di Lebanon selatan untuk segera mengungsi ke utara Sungai Awali.
Serangan Israel di Sidon, kota di pesisir selatan Lebanon, menewaskan sedikitnya delapan orang dan melukai 25 orang lainnya, kata Kementerian Kesehatan Lebanon.
Di tempat lain di selatan, serangan di Zawtar al-Sharkiya menewaskan tiga orang, dan pengeboman di Marjayoun pada Sabtu menewaskan lima orang, menurut laporan tersebut. Israel melaporkan empat tentaranya tewas dalam pertempuran di Lebanon selatan.
Hezbollah juga menyatakan telah meluncurkan salvo misil besar ke fasilitas industri militer Zevulon di utara Haifa, Israel utara. Serangan tersebut mengenai rumah-rumah dan kendaraan, menyebabkan kebakaran yang ditangani tim penyelamat. Seorang wanita dilaporkan terluka parah, menurut layanan ambulans Israel.
Presiden AS Joe Biden menyerukan penghentian eskalasi, mengingat kekhawatiran akan potensi perang besar di Timur Tengah yang disebabkan oleh konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas di Gaza serta operasi Israel di Lebanon selatan untuk menghentikan serangan roket Hezbollah ke Israel utara.
Secara terpisah, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyatakan bahwa Iran tidak lagi mampu menggunakan sekutu-sekutunya, yaitu Hamas di Gaza dan Hezbollah di Lebanon, untuk menyerang Israel.
Gallant menilai bahwa kedua kelompok tersebut “tidak lagi menjadi alat yang efektif” bagi Teheran.
Gallant menambahkan bahwa Hamas sudah tidak lagi berfungsi sebagai jaringan militer di Gaza, dan sebagian besar kemampuan misil Hezbollah telah dieliminasi.
Namun, Hamas menegaskan bahwa mereka masih memiliki kapasitas militer, dan Israel baru-baru ini melancarkan operasi besar-besaran di utara Gaza yang porak-poranda untuk menghadapi militan Hamas yang tengah melakukan konsolidasi.
Hezbollah juga menyatakan bahwa struktur komando mereka tetap utuh dan mereka masih memiliki kapasitas misil yang signifikan.