wmhg.org – JAKARTA. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa serangan udara Israel yang menargetkan roket-roket Hezbollah di Lebanon selatan bukanlah akhir dari konfrontasi, melainkan awal dari upaya untuk mengubah situasi di wilayah utara.
Pernyataan ini muncul setelah kedua belah pihak terlibat dalam baku tembak terberat sejak dimulainya perang di Gaza, yang meningkatkan kekhawatiran akan potensi konflik regional yang lebih luas.
Serangan Udara Israel
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengerahkan 100 jet tempur yang menargetkan lebih dari 40 lokasi di Lebanon dalam serangan yang berlangsung selama tujuh jam.
Netanyahu menegaskan bahwa serangan tersebut menghancurkan ribuan roket jarak pendek yang dirancang untuk menyerang warga sipil dan pasukan Israel di wilayah Galilea, utara Israel. Selain itu, Netanyahu juga menyebut bahwa IDF berhasil mencegat semua drone yang diluncurkan oleh Hezbollah ke target strategis di pusat Israel.
Netanyahu tidak mengungkapkan target spesifik yang dimaksud, namun pemimpin Hezbollah, Hassan Nasrallah, menyebut bahwa target tersebut adalah pangkalan intelijen militer di luar Tel Aviv, yang diduga merupakan pangkalan militer Glilot, markas badan intelijen Mossad dan Unit 8200 yang berfokus pada pengawasan elektronik.
Sekutu-sekutu Israel menyatakan dukungan mereka terhadap ancaman dari Hezbollah sembari menyerukan pengendalian diri untuk menghindari perang regional. Presiden AS, Joe Biden, terus memantau perkembangan di Israel dan Lebanon, sementara para pejabat senior AS berkomunikasi secara kontinu dengan rekan-rekan mereka di Israel.
Selain itu, Ketua Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Charles Brown, tiba di Israel pada hari Minggu untuk mengadakan pembicaraan dengan pejabat militer sebagai bagian dari tur ke ibukota-ibukota di Timur Tengah, yang telah direncanakan sebelum peristiwa tersebut.