wmhg.org – SEATTLE. Pekerja pabrik Boeing di Pantai Barat AS memulai pemogokan besar-besaran setelah menolak kesepakatan kontrak baru. Pemogokan ini merupakan yang pertama sejak 2008 dan menghentikan produksi pesawat Boeing 737 MAX, model terlaris perusahaan.
Boeing saat ini menghadapi masalah besar terkait keterlambatan produksi dan utang besar, serta pengawasan ketat dari regulator AS dan pelanggan setelah insiden kegagalan panel pintu pesawat 737 MAX pada Januari lalu.
Penolakan Kontrak dan Pemogokan
Sekitar 30.000 anggota Serikat Pekerja Internasional Mesin dan Pekerja Kedirgantaraan (IAM), yang terlibat dalam produksi pesawat Boeing 737 MAX dan pesawat lainnya di Seattle dan Portland, secara tegas menolak kesepakatan kontrak baru. Hasil pemungutan suara menunjukkan bahwa 94,6% anggota menolak kesepakatan tersebut, sementara 96% mendukung aksi mogok.
Jon Holden, pemimpin serikat pekerja yang memimpin negosiasi dengan Boeing, menyatakan bahwa pemogokan ini bukan hanya soal kenaikan gaji, tetapi juga soal penghormatan terhadap masa lalu dan masa depan pekerja. Holden menegaskan bahwa aksi mogok dimulai tepat pada tengah malam, disambut dengan sorak sorai dan dukungan dari para anggota serikat pekerja.
Dampak Finansial dan Tekanan Terhadap Boeing
Pemogokan yang berkepanjangan berpotensi memberikan dampak yang signifikan terhadap keuangan Boeing, yang saat ini sedang menghadapi tumpukan utang sebesar US$60 miliar.
Meskipun CEO baru Boeing, Kelly Ortberg, telah menawarkan kenaikan gaji sebesar 25% selama empat tahun, para pekerja menuntut kenaikan sebesar 40%. Boeing juga menawarkan bonus penandatanganan sebesar US$3.000 dan janji untuk membangun pesawat komersial baru di wilayah Seattle jika program tersebut diluncurkan dalam empat tahun masa kontrak.
Pemogokan ini menambah tantangan bagi Boeing, yang sedang berjuang dengan berbagai masalah. Salah satu masalah terbesar adalah dampak dari insiden pada Januari 2024, ketika panel pintu Boeing 737 MAX terlepas di udara. Kejadian ini memicu pengawasan ketat dari regulator dan menunda pengiriman pesawat ke beberapa maskapai, termasuk Air India.
Selain itu, pemogokan ini juga berpotensi merugikan maskapai penerbangan yang sangat bergantung pada pesawat Boeing dan pemasok yang memproduksi suku cadang serta komponen pesawat. Jika pemogokan berlangsung lama, Boeing diperkirakan dapat kehilangan arus kas sebesar US$3 miliar hingga US$3,5 miliar dalam waktu 50 hari, berdasarkan analisis dari TD Cowen.
Baca Juga: Lebih dari 30.000 Pekerja Boeing Siap-siap Mogok Kerja, Ini Tuntutannya
Dampak Pemogokan Sebelumnya dan Risiko Keuangan Boeing
Pemogokan pekerja Boeing terakhir pada tahun 2008 menghentikan produksi selama 52 hari dan merugikan perusahaan sekitar US$100 juta per hari.
Kali ini, pemogokan yang berkepanjangan dapat menunda pemulihan keuangan Boeing dan merusak peringkat kreditnya, yang saat ini hanya satu tingkat di atas status junk menurut S&P Global Ratings dan Moody's.
Boeing dan serikat pekerja berharap untuk segera kembali ke meja perundingan, meskipun belum ada kepastian kapan negosiasi akan dimulai kembali.
Pemimpin serikat, Holden, menegaskan bahwa pemogokan ini akan berjalan satu hari dan satu minggu pada satu waktu, tanpa batasan waktu yang jelas kapan akan berakhir.