wmhg.org – SEOUL. Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, mengawasi uji coba peluncuran rudal jelajah strategis dan memerintahkan kesiapan penuh untuk menggunakan kemampuan serangan nuklir sebagai bentuk pertahanan paling efektif bagi negaranya.
Menurut kantor berita KCNA, uji coba tersebut bertujuan untuk memperingatkan musuh yang secara serius mengancam lingkungan keamanan negara serta meningkatkan konfrontasi dan menunjukkan kesiapan berbagai sistem operasi nuklir Korea Utara.
Apa yang dijamin oleh kemampuan serangan yang kuat adalah pencegahan dan kapasitas pertahanan yang paling sempurna, ujar Kim seperti dikutip KCNA pada Jumat (28/2).
Menjadi misi dan tugas yang bertanggung jawab bagi kekuatan bersenjata nuklir DPRK untuk secara permanen mempertahankan kedaulatan nasional dan keamanan dengan perisai nuklir yang andal melalui kesiapan tempur yang lebih matang serta persiapan penuh untuk penggunaannya.
DPRK adalah singkatan dari nama resmi Korea Utara, Republik Demokratik Rakyat Korea.
KCNA melaporkan bahwa uji coba rudal dilakukan pada Rabu (27/2) di atas laut di lepas pantai barat Semenanjung Korea.
Militer Korea Selatan pada Jumat mengatakan bahwa mereka telah mendeteksi tanda-tanda persiapan peluncuran rudal pada hari Rabu dan melacak beberapa rudal jelajah yang diluncurkan sekitar pukul 08.00 pagi waktu setempat (23.00 GMT Selasa) di atas laut.
Korea Utara telah mengembangkan rudal jelajah strategis selama beberapa tahun dengan tujuan membawa hulu ledak nuklir.
Jenis rudal ini biasanya menimbulkan reaksi yang lebih ringan dari komunitas internasional dibandingkan rudal balistik karena tidak secara resmi dilarang berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB.
Dewan Keamanan PBB telah melarang Korea Utara mengembangkan rudal balistik dan senjata nuklir serta memberlakukan berbagai sanksi atas pelanggaran yang dilakukan.
Laporan uji coba rudal ini muncul di minggu yang sama dengan kunjungan Kim ke beberapa akademi militer, di mana ia menekankan pentingnya loyalitas serta pelatihan ideologi dan taktis bagi para perwira muda.
Kim tidak menyebut negara tertentu ketika berbicara tentang musuh, tetapi tetap mempertahankan retorika keras terhadap Amerika Serikat dan Korea Selatan, meskipun Presiden AS Donald Trump menyatakan akan berusaha menghubunginya.
Trump dan Kim sebelumnya telah mengadakan pertemuan puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya selama masa jabatan pertama Trump sebagai presiden AS.