wmhg.org – JAKARTA. Bayangkan dapat bepergian antara Amerika Serikat dan Inggris hanya dalam waktu 54 menit—bahkan memungkinkan untuk pulang-pergi dalam sehari.
Meskipun terdengar seperti fiksi ilmiah, gagasan untuk membangun Terowongan Transatlantik telah diajukan dan memicu banyak diskusi tentang potensi teknologi, biaya, dan tantangannya.
Perjalanan Singkat di Atas Kertas
Saat ini, waktu tercepat untuk perjalanan udara antara New York dan London memakan waktu rata-rata delapan jam. Namun, terowongan sepanjang 3.400 mil ini diklaim dapat mempersingkat waktu perjalanan hingga kurang dari satu jam.
Mengutip unilad.com, dengan menggunakan teknologi canggih seperti vakum dan jet propulsion, kereta di dalam terowongan ini mampu melaju hingga lebih dari 3.000 mil per jam.
Teknologi vakum memungkinkan kereta untuk bergerak tanpa hambatan udara, sementara jet propulsion memanfaatkan dorongan jet berkecepatan tinggi. Namun, tantangan besar muncul dalam pengendalian kecepatan, dengan kebutuhan waktu deselerasi selama 18 menit agar perjalanan tetap aman.
Biaya Fantastis dan Durasi Konstruksi
Proyek ambisius ini diperkirakan akan memakan biaya hingga US$19,8 triliun atau sekitar Rp313.000 triliun, angka yang hampir tak terbayangkan. Bandingkan dengan Terowongan Channel yang menghubungkan Inggris dengan Prancis sepanjang 23,5 mil.
Proyek tersebut membutuhkan waktu enam tahun untuk selesai dengan biaya lebih dari $21 miliar. Dengan jarak lebih dari 140 kali lipat, Terowongan Transatlantik diprediksi memerlukan waktu puluhan tahun untuk pembangunannya.
Beberapa gagasan telah diajukan mengenai bagaimana terowongan ini akan dibangun, di antaranya membangun di bawah dasar laut atau membuatnya tergantung di atas Atlantik.
Dengan kabel besar yang menyangga terowongan di atas permukaan laut, desain ini bertujuan untuk menghindari tantangan geologis di dasar laut. Meskipun desain melayang tampak inovatif, tantangan seperti stabilitas terhadap gelombang dan cuaca ekstrem tetap menjadi hambatan besar.
Tantangan Ekonomi dan Teknis
Meskipun konsep ini terdengar menarik, banyak tantangan yang memerlukan solusi sebelum proyek ini bisa diwujudkan. Biaya pembuatan yang sangat tinggi menimbulkan kekhawatiran akan pengembalian investasi.
Tiket perjalanan kemungkinan akan sangat mahal sehingga sulit dijangkau oleh banyak orang. Selain itu, teknologi dan material yang dibutuhkan untuk konstruksi terowongan ini belum sepenuhnya tersedia. Stabilitas struktur terhadap arus laut, gempa, atau badai Atlantik menjadi risiko signifikan.
Proyek ini juga dapat berdampak pada transportasi tradisional seperti penerbangan dan pengiriman laut, yang masih menjadi opsi populer karena fleksibilitas dan biayanya.
Baca Juga: Bagaimana Bill Gates Menghabiskan Kekayaannya yang Mencapai US$153.000.000.000
Pandangan Masa Depan
Meskipun belum ada rencana konkret dari pemerintah Amerika Serikat maupun Inggris, ide ini mencerminkan impian besar umat manusia untuk mengatasi batasan geografis dengan teknologi.
Dengan biaya yang sangat besar dan risiko teknis yang tinggi, realisasi Terowongan Transatlantik tampaknya masih jauh dari kenyataan. Walaupun demikian, gagasan ini tetap menginspirasi inovasi dan eksplorasi lebih lanjut dalam teknologi transportasi masa depan.