wmhg.org – MUMBAI. Rupee India, yang saat ini berada di posisi terendah sepanjang masa, diperkirakan tidak akan menemukan banyak penopang pada Selasa (13/8) ini.
Lantaran permintaan dolar Amerika Serikat (AS) terus berlanjut dari importir serta lonjakan harga minyak yang dipicu ekspektasi konflik yang meluas di Timur Tengah.
Perdagangan non-deliverable forward (NDF) menunjukkan bahwa rupee akan dibuka hampir tidak berubah terhadap dolar AS dari level 83,9725 pada Senin (12/8), yang merupakan rekor terendah untuk mata uang tersebut.
Dalam beberapa sesi terakhir, rupee telah menghindari penurunan ke level 84, berkat intervensi dari Reserve Bank of India (RBI).
Pada Senin (12/8), RBI diketahui menjual dolar di dekat level 83,97, menurut para pedagang.
Ini sudah menjadi skenario yang biasa sekarang (intervensi RBI) dan sampai situasinya berubah, Anda harus mengharapkan hal ini akan terus berulang, kata seorang pedagang mata uang di sebuah bank.
Hal yang lebih penting adalah sumber dari permintaan dolar yang besar ini. Saya belum yakin apa penyebabnya – mungkin NDF, minyak, atau terkait emas, tambahnya.
Harga minyak naik lebih dari 3% pada Senin karena kekhawatiran bahwa konflik yang lebih luas di Timur Tengah dapat memperketat pasokan. Harga minyak mentah Brent kini naik lebih dari 6% sejak awal pekan lalu.
Harga minyak sebelumnya tidak menjadi faktor utama bagi rupee, tetapi sekarang menjadi variabel yang semakin negatif di tengah situasi yang sudah sulit, menurut seorang pejabat perbendaharaan di sebuah bank.
Mata uang Asia menunjukkan pergerakan beragam, sementara indeks dolar bertahan sedikit di atas level 103, sambil menunggu data yang akan memberikan petunjuk mengenai waktu dan ukuran pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve.
Data inflasi grosir AS akan dirilis hari ini dan data inflasi konsumen akan diumumkan pada Rabu (14/8).
Pasar mengharapkan kombinasi data yang akan memungkinkan Federal Reserve untuk melakukan pemotongan suku bunga pada bulan September, kata ING Bank dalam sebuah catatan.