wmhg.org – JAKARTA. Serangan besar-besaran yang diluncurkan oleh Rusia terhadap wilayah Ukraina baru-baru ini telah menimbulkan dampak yang signifikan, dengan korban jiwa, kerusakan infrastruktur, dan konsekuensi geopolitik yang mendalam.
Dalam serangan tersebut, sedikitnya tujuh orang tewas, termasuk empat anak-anak. Peristiwa ini memperlihatkan eskalasi lebih lanjut dalam konflik yang telah berlangsung antara kedua negara.
Serangan Terkoordinasi: Skala dan Dampak
Serangan yang dilancarkan pada Senin pagi ini digambarkan oleh Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy, sebagai salah satu serangan terbesar yang pernah terjadi sepanjang perang. Rusia meluncurkan total 127 rudal dan 109 drone dalam serangan ini.
Dari jumlah tersebut, 102 rudal berhasil dihalau oleh sistem pertahanan udara Ukraina. Namun, serangan ini tetap meninggalkan dampak yang besar, terutama pada infrastruktur sipil yang menjadi sasaran utama.
Di ibu kota Ukraina, Kyiv, serangan ini menyebabkan pemadaman listrik dan gangguan pasokan air di beberapa distrik. Di kota Lutsk, yang terletak di bagian barat negara tersebut, sebuah blok apartemen mengalami kerusakan, dan dilaporkan terjadi korban jiwa di lima wilayah lainnya.
Serangan ini juga merusak Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di wilayah Kyiv, menunjukkan upaya Rusia yang terus-menerus menargetkan infrastruktur energi Ukraina.
Kerusakan Infrastruktur dan Ancaman Energi di Musim Dingin
Perdana Menteri Ukraina, Denys Shmyhal, melaporkan bahwa 15 wilayah mengalami kerusakan akibat serangan ini, dengan sektor energi yang paling terdampak. Kerusakan pada infrastruktur energi menimbulkan kekhawatiran tentang krisis energi yang akan dihadapi Ukraina menjelang musim dingin.
Serangan ini merupakan bagian dari strategi Rusia yang telah berlangsung selama berbulan-bulan, menargetkan infrastruktur kritis dengan tujuan melemahkan kemampuan Ukraina untuk mempertahankan diri dan memberikan tekanan pada penduduk sipil.
Dalam menanggapi serangan ini, Presiden Zelenskiy kembali menyerukan kepada sekutu-sekutu Barat untuk memberikan lebih banyak dukungan pertahanan udara kepada Ukraina. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara negara-negara Eropa dengan armada F-16 Ukraina serta sistem pertahanan udara lainnya dalam rangka melindungi nyawa warga sipil.
Serangan ini juga meningkatkan urgensi bagi Barat untuk mengizinkan Ukraina menggunakan senjata mereka untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia, demi menghentikan serangan-serangan lebih lanjut.
Taktik Pertahanan dan Serangan Balasan Ukraina
Sementara itu, di garis depan, khususnya di wilayah timur Ukraina, Rusia terus mendorong maju menuju kota strategis Pokrovsk. Ukraina, meskipun berada dalam posisi bertahan, terus melakukan serangan balasan dengan menggunakan drone jarak jauh untuk menyerang fasilitas militer dan kilang minyak di dalam wilayah Rusia.
Dalam perkembangan terkini, sistem pertahanan udara Rusia berhasil menghancurkan sembilan drone di wilayah Saratov, yang terletak sekitar 900 kilometer dari perbatasan dengan Ukraina.
Ukraina juga telah melakukan investasi besar-besaran dalam teknologi drone, mengembangkan drone serang canggih yang mampu terbang jauh dan menghantam target di dalam wilayah Rusia.
Pada Sabtu lalu, Zelenskiy memperkenalkan drone rudal terbaru, Palianytsia, yang dirancang untuk menghancurkan lapangan udara militer Rusia dan melemahkan potensi serangan balik musuh.
Baca Juga: Popularitas Putin Anjlok Setelah Terjadi Invasi Kursk
Dinamika Konflik dan Potensi Perundingan
Konflik ini semakin kompleks dengan adanya serangan kejutan Ukraina ke wilayah Kursk di Rusia, yang telah mengubah dinamika dan suasana perang. Namun, masih belum jelas apa rencana jangka panjang Ukraina terkait dengan wilayah Rusia yang kini berada di bawah kendalinya.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan bahwa Rusia akan memberikan respons yang sesuai terhadap serangan tersebut, sekaligus menepis spekulasi mengenai kemungkinan perundingan antara Moskow dan Kyiv dalam waktu dekat.
Peskov menegaskan bahwa topik perundingan saat ini hampir kehilangan relevansinya, mengindikasikan bahwa konflik ini kemungkinan besar akan terus berlanjut tanpa adanya upaya diplomatik yang berarti dalam waktu dekat.