wmhg.org – SEOUL. Eskpor Korea Selatan mengalami peningkatan pesat pada bulan Agustus, didorong oleh permintaan semikonduktor secara global yang masih kuat. Data ekpor ini akan memberikan dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi Negeri Ginseng tersebut.
Menurut data yang dirilis Kantor Bea Cukai Korea Selatan dilansir Bloomberg, Rabu (21/8), ekspor Korea Selatan selama 20 hari pertama bulan ini meningkat 18,5% secara tahunan. Sementara impor naik sebesar 10,1%. Sehingga perdagangan Korea Selatan mengalami defisit sebesar US$ 1,47 miliar.
Sebagai rumah bagi dua produsen cip memori terbesar di dunia, Korea Selatan telah memanfaatkan permintaan global untuk pengembangan kecerdasan buatan (AI) bersama dengan Taiwan, dengan mengekspor semikonduktor canggih ke Amerika Serikat dan negara maju lainnya.
Pengiriman cip dari Korea Selatan selama 20 hari pertama Agustos 2024 telah melonjak 42,5% secara tahunan. Alhasil, semikonduktor tercatat menyumbang 20,3% dari total ekspor negara itu.
Lonjakan ekspor yang dipimpin oleh sektor teknologi ini telah meningkatkan optimisme di kalangan pejabat pemerintah bahwa ekonomi Korea Selatan kemungkinan akan tumbuh lebih tinggi dari tahun 2023.
Permintaan eksternal yang kuat telah meyakinkan Bank of Korea (BOK) bahwa mereka dapat melanjutkan upaya melawan inflasi dengan keyakinan bahwa ekonomi dapat bertahan dalam kebijakan moneter yang ketat.
Perusahaan-perusahaan Korea Selatan memainkan peran penting dalam berbagai rantai pasokan global, terutama di industri seperti semikonduktor, otomotif, dan baterai, dan kondisi keuangan mereka dapat dengan mudah dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang asing.
Korea Selatan sangat bergantung pada impor energi dan bahan mentah untuk merakit produk yang akan dikirim ke luar negeri. Ekspor yang kuat sejauh ini memiliki dampak yang kecil pada tren moderasi harga domestik, memungkinkan BOK untuk mempertahankan perkiraan inflasi mereka.
Ekonomi AS yang kuat telah membantu Korea Selatan mengimbangi penurunan permintaan dari China, yang belum sepenuhnya pulih dari kemerosotan sektor perumahan yang memengaruhi aktivitas konsumen.
Berbeda cerita, laju pertumbuhan ekspor Jepang pada Juli justru meleset dari proyeksi analis meski masih tumbuh. Data Kementerian Keuangan Jepang mencayat, nIlai ekspor Negeri Sakura itu bulan lalu tumbuh 10,3% secara tahunan. Sementara konsensus analis memperkirakan sebelumnya tumbuh 11,4%.
Pertumbuhan tersebut juga lebih dipengaruhi pelemahan Yen. Secara volume, ekspor Jepang pada justru masih melorot 5,2% secara tahunan. Ini penurunan selama enam bulan berturut-turut.
Prospek permintaan global juga tetap suram karena masalah sektor real estat terus membebani ekonomi China dan pasar tenaga kerja AS yang mulai melambat. Jika yen menguat lebih lanjut, ekspor Jepang juga akan melambat dalam hal nilai, kata Takeshi Minami, kepala ekonom di Norinchukin Research Institute.
Espor ke China, mitra dagang terbesar Jepang, naik 7,2% pada Juli dibandingkan tahun sebelumnya karena permintaan yang kuat untuk peralatan pembuat chip, sementara ekspor ke Amerika Serikat naik 7,3%,