wmhg.org – BEIJING. Sejumlah negara memberi lebih banyak stimulus untuk mengejar target inflasi. China salah satunya. Negara ini harus meningkatkan stimulus fiskal untuk memacu pertumbuhan ekonomi sesuai target.
Para pemimpin China mengisyaratkan pekan ini akan mengucurkan stimulus fiskal yang fokus pada konsumsi, dengan anggaran US$ 20 miliar. Stimulus ini untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial.
Pendanaan akan diambil dari obligasi pemerintah. Perlu ada peningkatan intensitas kebijakan ekonomi makro, terutama untuk menerapkan pengeluaran fiskal yang diatur sesegera mungkin, kata Huang Yiping, Penasihat Kebijakan People Bank of China (PBOC), dalam riset, seperti dikutip Reuters, kemarin.
Huang menilai, kebijakan bank sentral dan kementerian keuangan saat ini terlalu konservatif untuk menjaga stabilitas kebijakan. Jadi, China harus mempercepat pengeluaran fiskal dan pembuat kebijakan harus mengubah arah kebijakan, dari memprioritaskan investasi ke konsumsi.
Bantuan tunai
Huang juga menyerukan langkah yang memungkinkan lebih banyak pekerja migran menetap di kota dan memberi bantuan tunai kepada penduduk. Negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini tumbuh lebih lambat dari yang proyeksi.
Di kuartal dua lalu, pertumbuhan ekonomi cuma 4,7%. Penjualan ritel dan impor lebih buruk daripada output dan ekspor industri. Padahal pemerintah menetapkan target pertumbuhan ekonomi sekitar 5% tahun ini.
Bulan lalu, Thailand juga memberikan stimulus dalam skema dompet digital senilai 500 miliar baht, setara Rp 229,5 triliun, untuk mendorong ekonomi. Pemerintah akan mentransfer kredit sebesar 10.000 baht, setara Rp 4,59 juta, ke 50 juta penerima, melalui aplikasi telepon pintar, untuk dibelanjakan dalam waktu enam bulan.
Selama ini, pendapatan rendah dan utang rumah tangga yang tinggi menekan daya beli. Pertumbuhan ekonomi diprediksi cukup rendah di 2,4% tahun ini, akibat masalah struktural, kata Pichai Chunhavajira, Menteri Keuangan Thailand, dikutip Reuters.
Indonesia juga melakukan hal serupa, lewat bantuan langsung tunai (BLT). Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, pemberian bantuan ini juga dilakukan negara yang terdampak El Nino, seperti Malaysia yang memberi bantuan ke 25,6% penduduk, Singapura ke 41,7% penduduk, India ke 55,6% penduduk dan Amerika Serikat ke 12,1%. Sementara Indonesia hanya ke 7,9% penduduk