Jakarta, wmhg.org Indonesia – Teknologi kecerdasan buatan (AI) yang makin canggih membuat penyebaran deepfake makin marak. Deepfake sendiri merupakan teknik untuk membuat konten visual menggunakan AI.
Konten deepfake berupa foto dan video kerap menyerupai konten asli. Misalnya saja, ada konten deepfake yang memperlihatkan tokoh-tokoh miliarder seperti Bill Gates dan Donald Trump dengan latar kumuh.
Bahkan, Presiden RI Joko Widodo pernah jadi korban deepfake yang sempat menghebohkan. Konten itu memperlihatkan Jokowi berpidato dalam Bahasa Mandarin.
Survei terbaru dari McAfee menemukan mayoritas warga Amerika Serikat sebanyak 84% khawatir atas petaka deepfake yang bisa menyesatkan publik di 2024.
Apalagi, 2024 merupakan tahun politik di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Dikutip dari BusinessWire, sebanyak 68% warga AS lebih khawatir terhadap dampak deepfake pada tahun ini ketimbang setahun sebelumnya.
-
AI Bawa Petaka di Pengadilan, Hakim Kasih Peringatan Tegas
-
Bukti Manusia Mau Punah Tampak dari Restoran Cepat Saji
-
Kiamat Makin Dekat, Tanda-tandanya Terlihat Jelas dari Daun
Sementara itu, 33% warga Amerika mengatakan mereka sendiri (16%) atau orang yang mereka kenal (16%) telah melihat atau mengalami sendiri penipuan berbasis deepfake.
Rata-rata penipuan deepfake itu menyasar warga berusia 18 hingga 34 tahun, yakni sebesar 40%.
Ada beberapa hal yang menjadi pemicu kekhawatiran warga terhadap penyebaran deepfake. Sebanyak 52% warga AS mengaku takut deepfake akan memengaruhi proses Pemilu 2024.
Sementara itu, 48% takut deepfake akan menurunkan tingkat kepercayaan publik ke media. Lalu, 49% khawatir deepfake digunakan untuk meniru figur publik yang dapat menyesatkan.
Penipuan berbasis AI dan deepfake juga mendapat perhatian khusus dari publik. 57% mengaku cemas dengan hal tersebut.
Penggunaan deepfake untuk melakukan cyberbullying mendapat 44% kekhawatiran dari warga AS. Selain itu 37% gelisaih jika deepfake dipakai untuk menciptakan konten bernuansa seksual.