wmhg.org – HONG KONG. Taipan properti Hong Kong, Lee Shau Kee, salah satu orang terkaya di kota tersebut, meninggal dunia pada Senin (17/3) dalam usia 97 tahun, menurut pernyataan resmi dari Henderson Land, perusahaan yang ia dirikan.
Dikenal dengan julukan Uncle Four karena merupakan anak keempat dalam keluarganya, Lee lahir dari keluarga kelas menengah yang memiliki toko emas dan perak di Provinsi Guangdong, Tiongkok Selatan.
Ia pindah ke Hong Kong pada usia 20 tahun dan mendirikan perusahaan properti Henderson Land pada tahun 1976.
Lee menjabat sebagai ketua hingga pensiun pada Mei 2019. Setelah pensiunnya, perusahaan ini dikelola bersama oleh dua putranya, Peter dan Martin Lee.
Sebelum wafat, kekayaan Lee Shau Kee diperkirakan mencapai US$30 miliar, menurut Forbes.
“Dr. Lee adalah pemimpin bisnis dan wirausahawan luar biasa yang telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi Hong Kong, serta kemakmuran dan stabilitas kota ini. Ia juga seorang filantropis yang sangat dihormati,” kata Pemimpin Hong Kong, John Lee, dalam sebuah pernyataan.
Dari Properti ke Berbagai Industri
Seperti keluarga taipan lainnya di Hong Kong, bisnis Lee tidak hanya terbatas pada sektor properti, tetapi juga merambah ke berbagai bidang seperti energi, ritel, dan transportasi.
Keberhasilannya juga didukung oleh hubungan baik dengan pemimpin-pemimpin China.
Sebagai bagian dari delegasi taipan Hong Kong, Lee pernah mengunjungi China untuk bertemu dengan Deng Xiaoping serta duduk berdampingan dengan mantan Presiden Jiang Zemin, seperti yang terlihat dalam foto di situs pribadinya.
Sosok yang Suka Sorotan
Berbeda dengan generasi miliarder Hong Kong saat ini yang jarang tampil di hadapan publik, generasi pertama taipan seperti Lee lebih menikmati sorotan dan kerap menyuarakan pendapat mereka.
Ia pernah menyarankan anak muda untuk tidak menikah terlalu dini jika belum memiliki penghasilan stabil, karena menurutnya biaya membesarkan anak bisa menyulitkan karier mereka.
Selain dikenal sebagai Uncle Four, Lee juga dijuluki Warren Buffett dari Hong Kong.
“Berinvestasi di saham properti lebih menguntungkan daripada menjalankan bisnis properti,” katanya saat kekayaannya berlipat ganda dalam beberapa tahun sebelum pasar saham anjlok pada 2008.
Di awal 2000-an, ia aktif berinvestasi di saham, termasuk di perusahaan milik negara Tiongkok seperti Bank of China dan PetroChina.
Namun setelah mengalami kerugian besar akibat krisis keuangan dan menerima keluhan dari investor ritel yang mengikuti jejaknya, ia dengan bercanda menyebut dirinya sebagai dewa saham palsu.
Filantropi dan Warisan
Sebagai seorang filantropis, Lee telah menyumbangkan miliaran dolar untuk berbagai kegiatan amal di Hong Kong dan China daratan.
Pada 2018, ia memenuhi janjinya untuk menyumbangkan HK$1 miliar ($128,7 juta) kepada badan amal ketika Indeks Hang Seng mencapai 30.000 poin.
Lee meninggalkan dua putra dan tiga putri sebagai ahli warisnya.