wmhg.org – DAMASKUS. Mohammed al-Bashir, tokoh yang sebelumnya tidak dikenal secara luas, mengumumkan dirinya sebagai Perdana Menteri Sementara Suriah pada Selasa (10/12). Ia mendapat dukungan dari kelompok pemberontak yang berhasil menggulingkan Presiden Bashar al-Assad tiga hari sebelumnya.
Dalam pidato singkat yang disiarkan televisi pemerintah, al-Bashir mengatakan bahwa ia akan memimpin pemerintahan sementara hingga 1 Maret.
Kami telah mengadakan rapat kabinet melibatkan pemerintahan Salvation di Idlib dan pemerintahan rezim yang digulingkan untuk membahas pemindahan berkas dan lembaga pemerintahan, ujarnya.
Pidato tersebut disampaikan dengan latar dua bendera: bendera oposisi Suriah dan bendera putih dengan tulisan sumpah iman Islam yang sering digunakan kelompok pejuang Islam Sunni.
Pasca penggulingan Assad, ibu kota Suriah mulai menunjukkan tanda-tanda normalisasi. Bank dan toko kembali beroperasi, pekerja konstruksi memperbaiki infrastruktur, dan petugas kebersihan membersihkan jalanan.
Jumlah orang bersenjata di jalan-jalan juga berkurang signifikan setelah komando pemberontak memerintahkan penarikan pasukan.
Pasukan keamanan dari kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS) kini mengambil alih pengamanan kota.
Sementara itu, serangan udara Israel terhadap pangkalan-pangkalan militer Suriah terus berlangsung, menghancurkan sejumlah instalasi dan armada militer yang kini sudah tidak berfungsi.
Israel, yang telah mengirim pasukan ke zona demiliterisasi di perbatasan Suriah, membantah memiliki ambisi ke Damaskus. Namun, pasukan Israel dilaporkan telah maju hingga ke wilayah Qatana, dekat bandara Damaskus.
Al-Bashir, seorang insinyur listrik yang kemudian mempelajari syariah dan hukum, dikenal melalui posisinya di pemerintahan wilayah Idlib, basis kelompok pemberontak selama bertahun-tahun. Meskipun begitu, ia masih minim profil politik di luar wilayah tersebut.
Tantangan bagi pemerintahan sementara ini semakin berat dengan ancaman keamanan dari serangan Israel dan dampak perang saudara yang telah menghancurkan infrastruktur negara.
Di tengah suasana penuh tantangan, euforia terlihat di Damaskus. Warga mulai kembali ke kampung halaman mereka setelah bertahun-tahun hidup sebagai pengungsi. Di pasar Hamidiyeh, kedai es krim Bakdash yang legendaris kembali ramai oleh pelanggan.
“Rasanya berbeda sekarang,” kata Anas Idrees, seorang pengungsi yang baru kembali dari Lebanon, sembari menikmati es krim khas dengan balutan pistachio. “Kami merasakan kebahagiaan yang sebelumnya tidak pernah ada.”
Meskipun perjalanan Suriah menuju pemulihan masih panjang, semangat optimisme mulai tampak di tengah masyarakatnya.