wmhg.org – JAKARTA. Selama berabad-abad, para ilmuwan telah memikirkan keberadaan sebuah benua tersembunyi yang hampir terlupakan, tetapi akhirnya terungkap kembali setelah lebih dari empat abad.
Seperti menemukan anting yang hilang di sudut tas lama, tetapi dalam skala yang jauh lebih besar dan bersejarah: inilah Zealandia, benua kedelapan yang terlupakan.
Mitos dan Pencarian Awal: Sang Benua yang Tersembunyi
Selama ini, banyak orang mengira dunia hanya memiliki tujuh benua, yaitu Afrika, Antartika, Asia, Australia, Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Selatan.
Namun, sebenarnya ada satu benua tambahan yang lebih sulit dijangkau, yakni Zealandia.
Benua ini pernah menjadi bagian dari superkontinen kuno yang dijuluki ‘Benua Selatan Besar’.
Sejak zaman Romawi, para pemikir telah menduga keberadaan superkontinen kuno ini. Pada abad ke-17, benua ini sebagian ditemukan, tetapi misterinya tetap membingungkan para ahli.
Ekspedisi Abel Tasman: Upaya Awal Menemukan Benua Selatan
Mengutip unilad.com, pada tahun 1642, seorang pedagang dan pelaut Belanda bernama Abel Tasman melakukan ekspedisi untuk mencari benua kedelapan yang dikenal sebagai Terra Australis dalam bahasa Latin.
Berangkat dari Jakarta, Tasman akhirnya mendarat di Pulau Selatan Selandia Baru dan mulai menjelajah wilayah tersebut.
Namun, Tasman tidak disambut hangat oleh penduduk Māori setempat.
Pertemuan ini berakhir tragis ketika sebuah kano penduduk Māori menabrak kapal pembawa pesan milik Belanda, yang mengakibatkan kematian empat orang.
Tasman pun meninggalkan tanah yang baru ia jelajahi dan tidak pernah kembali. Meskipun ekspedisinya gagal, catatan Tasman menjadi dokumentasi pertama tentang benua misterius tersebut.
Peneliti utama, Nick Mortimer, menjelaskan bahwa keterlambatan ini terjadi karena Zealandia bukanlah benua yang sepenuhnya terangkat di atas permukaan laut, berbeda dengan benua lainnya yang terdiri dari berbagai negara.
Zealandia hanya memiliki tiga teritori utama, yang membuatnya lebih sulit diidentifikasi sebagai benua penuh.